Dalam menghadapi ujian ada tiga aspek yang sangat penting, persiapan, keberanian, dan kejujuran, untuk apa mendapatkan nilai sempurna tanpa memahami, berjujurlah pada diri sendiri !!!
Masa ujian akhir semester tiba, pertanda satu tahun proses belajar akan segera berakhir. Saat ini, di SMA Garuda para siswa sudah berbaris depan ruangan ujian masing-masing bersiap untuk masuk, bersiap untuk bertarung dengan soal, bersiap untuk menang, dan bisa mendapatkan nilai memuaskan. Sebelum melangkahkan kaki masuk ke dalam ruang ujian Cita mengawalinya dengan doa terlebih dahulu. Cita duduk bersebelahan dengan Fadlan hanya mereka berdua yang berada satu ruangan karena ruangan ujian di acak oleh pihak sekolah.
“Lan, you can,” ucap Cita menyemangati Fadlan yang terlihat gugup.
Fadlan membalas ucapan Cita dengan senyuman dan mengepalkan telapak tangan menyemangati Cita kembali. Cita puas melihat Fadlan yang semangat menghadapi ujian, setidaknya dengan semangat dan pikiran yang positif, sesulit apapun soal akan menemukan jawabannya.
Empat pengawas ujian memasuki ruang ujian, ujian di SMA Garuda memang terkenal dengan keketatan yang sangat tinggi. SMA Garuda selalu menerapkan prinsip ujian adalah evaluasi setiap siswa, evaluasi guru, dan evaluasi untuk sekolah jadi harus dengan kejujuran untuk mengetahui sejauh mana pemahaman para siswanya. Sebelum membagikan soal, para pengawas berjalan mengecek barang bawaan peserta ujian, dan meletakkannya di tempat yang telah disediakan.
“Semua yang memakai jam tangan, tolong di lepas dan letakan di depan!” himbauan pengawas.
Satu persatu siswa yang menggunakan jam tangan maju ke depan untuk menaruh jam tangannya. Setelah semuanya kondufsif. Pengawas membacakan peraturan selama ujian berlangsung, tata cara perizinan selama ujian, cara meminta bantuan tanpa bersuara agar peserta ujian lain tidak terganggu. Setelah semuanya dijelaskan, pengawas membagikan alat tulis untuk ujian lalu membagikan lembar jawaban untuk mereka mengisi terlebih dahulu identitasnya.
Semuanya persiapan selesai, ujian siap dilaksanakan. Soal mulai di bagikan. Cita menatap lagi sebentar wajah Fadlan Yang berada di sampingnya. Masih dengan Fadlan yang tenang, Fadlan yang yakin dengan kemampuan dirinya. Sekarang Cita tenang mengerjakan ujiannya, perlahan Cita mengalihkan tatapan ke soal yang berada di atas mejanya. Terdapat dua lembar soal dengan 30 pertanyaan pilihan ganda dan 10 pertanyaan esai. Perlahan Cita mengambil soal tersebut dengan membaca Bismillah. Mengamati sekilas tentang soal yang akan dijawab tuntas sebentar lagi. Cita tersenyum, 40 soal ini ia kuasai semua materinya. Cita mulai mengelompokkan soal termudah terlebih dahulu.
Waktu ujian hanya satu jam untuk menjawab 40 soal Bahasa Indonesia di hadapannya. Tidak ingin membuang waktu, setelah mengelompokkan Cita mulai menggoreskan pensilnya di kertas lembar jawaban. Benar saja, 40 soal tidak terlalu sulit baginya. Masih tersisa waktu 15 menit lagi dan Cita telah menyelesaikan pertanyaan di soalnya dengan paripurna.
Pengawas ujian yang sedari tadi tidak pernah duduk untuk memastikan peserta didiknya jujur mulai mengingatkan kalau waktu sudah berjalan 45 menit, sebentar lagi ujian akan selesai. Tidak ada yang keluar dari ruang ujian dahulu, meskipun telah selesai.
" Sama masuk, sama keluar," begitu pengumumum pengawas tadi.
Cita tidak ingin membuang waktu 10 menit yang masih tersisa, walaupun sudah siap secara paripurna. Sudah tiga kali Cita baca ulang soal, sudah tiga kali juga Cita periksa ulang lembar jawabannya, dan jawabannya masih sama tanpa ada perubahan sedikit pun. Cita mengalihkan pandangan ke Fadlan, Fadlan masih sibuk dengan soal dan lembar jawaban di hadapanya. Fokus, tanpa menoreh sedikit pun ke kiri atau ke kanan.
"5 menit lagi, silahkan periksa semua jawaban, pastikan telah terisi semuanya!" Pengumuman dari pengawas ujian.
Waktu berputar cepat, tidak perlu menunggu lama, Bell dibunyikan pertanda ujian telah selesai.
"Silahkan meninggalkan ruang ujian!"
Semuanya berdiri dan perlahan berjalan ke depan untuk mengambil barang yang di titipkan tadi. Satu persatu keluar setelah bersalaman dengan pengawas ujian.
"Gimana Ta, aman?" Tanya Fadlan setibanya Cita di depan ruang ujian.
"Aman dong," jawab Cita santai ke Fadlan.
"Kamu gimana?" Tanya Cita balik.
"Ada beberapa yang ragu," ucap Fadlan menggantung.
Fadlan mikir sebentar, "Kayaknya aku butuh belajar banyak diksi dari embun," ujar Fadlan menatap Cita sambil ketawa.
"Benar, ratunya diksi ni," sahut Melody tiba-tiba sambil memukul kecil bahu embun.
Fadlan dan Cita segera mengalihkan pandangan ke Melody dan Embun, ternyata di belakang ada Angga dan Kael yang sedang berjalan menuju arah mereka.
"Padahal tidak janjian disini," celoteh Fadlan.
"We need jastip," tawa Kael memandang Fadlan.
Semuanya ketawa, "Aman, kalian mau apa biar gue hubungi Kak Inggit," ujar Fadlan sambil mengeluarkan ponselnya siap menghubungi Kak Inggit.
"Ada bakwan, tahu goreng, pecal, sate, nasi goreng, ada juga teh es dan beberapa jus, mau yang mana?" Tanya Fadlan dengan semangat.
Semuanya gelang kepala melihat Fadlan, "Lan, istirahatlah dulu, lagi ujian ni masih aja kerja," omel Melody.
"Bukan kerja, bantu kalian," protes Fadlan.
Angga maju satu langkah, kalau di biarkan tidak akan selesai perdebatan Melody dan Fadlan, "Lebih baik kita ke kantin aja langsung, ada juga yang mau gue sampaikan," ujar Angga sambil merangkul pundak Fadlan.
Tidak ada protes dari Fadlan, dia segera mengikuti langkah kaki Angga di susul Cita, Kael, Melody, dan Embun di belakang. Tidak seperti hari biasanya, kantin yang hari sekolah biasa selalu ramai bak pasar malam sekarang sepi sunyi dikarenakan ujian setiap hari hanya satu mata pelajaran, setelah ujian boleh pulang. Hanya ada beberapa orang yang sedang makan, dan itu mungkin sedang menunggu jemputan.
Mereka segera menuju bangku yang kosong di depan outlet kak Inggit, "Mau pesan apa?" Tanya Fadlan yang langsung siap mengingat semua pesanan.
"Aku mau salah satu salad terenak di dunia," ucap Cita.
Semuanya kaget dan menatap Cita, "Kak Inggit tidak jualan makanan luar negari, Taa," balas Melody cepat.
"Iya Ody, makanan Indonesia kok," kata Cita cepat dan tersenyum.
"Apa Taa?" Antusias Embun.