Sejauh manapun kaki melangkah, sedalam apapun ilmu yang dikuasai, sebanyak apapun skil yang dikuasai, kembali mengabdi ke masyarakat setelah berjuang adalah pilihan terbaik.
Masa ujian selesai, sepuluh hari yang penuh perjuangan. Pagi Senin, suasana SMA Garuda sangat berbeda, hari ini adalah hari dimulainya class meeting. Class meeting SMA Garuda berbeda dengan class meeting sekolah lainnya. Class meeting yang biasanya dilaksanakan di sekolah dan dengan berbagai event perlombaan, class meeting SMA Garuda turun mengabdi ke masyarakat selama tiga hari. Setelah upacara tadi, Pak Anton telah membuka acara class meeting. Saat ini, di tengah lapangan sekolah terdapat beberapa barang siswa berdasarkan kelompok nya masing-masing.
SMA Garuda memang terus menciptakan inovasi untuk mendukung pendidikan untuk siswa-siswinya. Kegiatan class meeting dengan mengabdi ke masyarakat ini baru dimulai sejak tiga tahun yang lalu dan mendapatkan response yang sangat positif dan berdampak positif, baik untuk siswa, sekolah, dan juga masyarakat. Kegiatan ini diciptakan sebagai bentuk refreshing bagi siswa-siswa yang telah berjuang hebat selama masa ujian, sebagai tempat untuk mengimplementasikan pelajaran yang mereka dapatkan selama setahun, meningkatan kepekaan serta critical thinking siswa-siswi untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Mereka akan melakukan pengabdian ke masyarakat desa yang tidak jauh dari sekolahnya. Terdapat beberapa kelompok dan akan menginap di rumah warga selama tiga hari. Mereka akan mengamati semua keadaan di pedesaan dari beberapa sektor, mereka datang untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, lalu menciptakan inovasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Satu desa terdapat 5 kelompok dan satu kelompok terdapat 10 orang yang akan dibagi ke dalam beberapa sektor, ada yang di pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi, dan sosial.
"Angga, duduk dulu," panggil Cita yang sedari tadi memperhatikan Angga bolak balik lapangan dan kantor guru.
"Iya, Bro, minum dulu," tambah Kael.
"Ntar, lanjut aja dulu," teriak Angga dari kejauhan.
Angga dari tadi paling sibuk di antara semua teman-temannya karena dipercaya menjadi ketua kelompok. Mereka satu desa walaupun hanya Kael dan Melody yang satu kelompok karena pemilihan kelompok berdasarkan minat dan bakat masing-masing. Angga dapat di bagian infrastructure, sesuai dengan pilihannya. Embun dapat di pendidikan, masih sesuai dengan pilihannya. Melody dan Kael dapat di sosial, jangan di tanya. Gimana keadaan kelompok Kael dan Melody nantinya, semoga mereka bisa berdamai tiga hari saja. Fadlan jangan ditanya, sudah sangat jelas ia memilih ekonomi dan dapat di sektor ekonomi. Cita yang awalnya dapat pendidikan lalu memilih pindah ke sektor kesehatan sesuai dengan cita-citanya menjadi seorang dokter.
"Lan, jangan jualan tiga hari ya," tawa Melody melihat Fadlan.
Fadlan ikut tertawa bersama Melody, "Lu tu berdua jangan perang dunia tiga," timpal Fadlan.
Melody dan Kael saling tatap, lalu sama-sama membuang muka, "Tau dia, ngapain ikut-ikut ke sosial segala," bete Kael namun lebih ke mengejek Melody.
"Loh, kok gue? Lo yang ikutan gue? Takut yaa jauh dari gue?" Centil Melody.
"Kalau bisa minta, gue ga pernah mau bertemu manusia seperti lo," buang muka Kael.
“Siapa juga yang ingin bertemu lo," balas Melody.
Embun dan Cita yang sedari hanya tertawa mendengarkan perdebatan dua sahabat nya itu.
"Hati-hati, ntar kalian jodoh," tawa Fadlan.
"Ga!" Jawab mereka berdua bersamaan.
"Itu, ngomong aja dah sama," tawa Fadlan puas.
"Rasa itu hadir bukan dari seberapa cocok dia dengan kriteriamu, namun seberapa banyak ia memiliki persamaan denganmu. Karena jodoh itu ibarat pinang berbelah dua dan juga ibarat lagi bercermin, sama." Ucap Embun singkat.
"Setuju, Embun sebening mata air," gemesh Cita.
"Kalian itu banyak persamaan," tambahnya.
Melody dan Kael memilih diam, karena semakin mereka berdebat semakin banyak persamaan yang mereka berdua memiliki. Dari kejauhan Angga berlari kecil ke arah mereka. Baju kaos putih dengan logo pengabdian SMA Garuda di dada kiri menambah kegantengan Angga. Postur tubuh yang tinggi dengan hidung mancung, rambut hitam pekat serta kulit putih langsat, ditambah pesona Angga dalam kepemimpinan tidak salah membuat Angga memiliki banyak fans di sekolah. Angga tidak pernah sombong, ia berteman dengan semua orang, bersosialisasi, dan menjalin relasi sebanyak mungkin.
"Waduh, calon ketos sibuk benar, dah," ucap Fadlan langsung ketika Angga sampai.
Angga memilih langsung duduk daripada menanggapi Fadlan, "Lan, ga jualan minum?" Tanya Angga yang sambil mengatur irama nafasnya.
"Haus bangat," tambahnya.