Padahal mereka bisa saja melanjutkan pertandingan tadi sambil hujan-hujanan. Namun, hujan kali ini sangat deras sehingga sulit membidikkan kelereng. Tak diduga, Napisa sudah bangun. Dia menunggu suaminya masuk ke dalam. "Seru Bang mainnya? Istrinya aja sampe dikerjain..."
Hafni pun kabur bergegas mandi agar tak sakit sebab hujan. Sebenarnya bukan hujan yang bikin sakit. Namun karena kehujanan itulah yang membuat tubuh mudah terkena penyakit, seperti flu atau pilek. Napisa tak bisa memarahi suaminya itu, karena kesal. Lagian Napisa itu bukan tipe pemarah.
Hari-hari berlalu seperti biasa. Tetapi video lomba kelereng terus viral sampai sekarang. "Tolong hubungi yang lagi viral, sapa tuh yang ngadain lomba kelereng itu?"
"Hafni, Pak..." sahut anak buahnya Pak Teguh Santosa. Dengan segera orang itu melaksanakan tugasnya. Pak Teguh juga meminta ditanyakan kapan Hafni bisa kesini buat ngobrol-ngobrol ringan, lebih tepatnya tentang kelereng nantinya. Pak Teguh juga menyiapkan transportasi untuk Hafni, karena jaraknya lumayan jauh.
"Istriku sayang... Abang boleh kan pergi jauh? Tadi ada orang yang minta datang ke acara podcast mereka gitu. Tapi untuk kesana, nanti dijemput kok. Katanya untuk sampai kesana memakan waktu sekitar dua jam lebih.
Jadi, mereka jemput sekitar jam sembilan pagi esok."
"Oh iya, Abang belum jelasin ya, kalo podcast itu kek semacam acara ngobrol ringan aja Sayang. Yah paling membahas yang lagi viral, lomba kelereng kemarin-kemarin itu loh. Masa kamu lupa sih, enggak kan? Jadi Abang boleh kesana kan Sayang, kan Sayang... kan, kan, kan?"
Napisa mencerna dulu perkataan suaminya tersebut. Mereka baru selesai makan siang. Napisa lalu duduk sambil memikirkan hal itu. Sontak pikirannya tak karuan. "Apakah Abang pergi sendiri, gak sama aku? Tadi gak bilang perginya sama aku. Gimana nanti kalo Abang kepincut cewek cantik lain Bang? Gimana?" lamun Napisa dalam hatinya.