"Kak, sebenarnya Yadi sengaja minta jemput Kakak... Yadi mau bicara sesuatu Kak!" ungkap Yadi setelah Hafni sampai di tempatnya berteduh.
"Oh gitu ya. Yodah, kita gak ngomong disini kan? Gimana di warung makan, makan bakso kita. Oh iya, kamu kan suka mie ayam ya... udah lama juga Kakak gak ngajak kamu makan bareng," balas Hafni dengan senang hati.
Mereka pun menuju warung makan yang menjual bakso dan mie ayam. Mereka tidak singgah di kantor polisi, kan tak ada salah. Tak ada perlu juga.
Sedangkan Napisa menunggu suaminya dengan cemas. 30 menit telah berlalu, Hafni tak datang juga. Padahal jarak rumah mereka ke lapangan tak begitu jauh. "Kamu kemana sih Bang?" batin Napisa tak enak hati.
***
"Huh, ini kayaknya istri kakak gak main hape. Dua hape gak ada balasan ya? Yodah, kita balik dulu ya... entar urusan sama mama biar Kakak yang atur ya,"
"kalo kita lama-lama bisa merajuk istri kakak, kayak kamu dulu. Hahah," tambah Hafni lagi.
Tak butuh waktu lama, mereka telah sampai di rumah Hafni. Setelah pintu dibuka, Napisa langsung memeluk suaminya tanpa tau ada Yadi di belakang Hafni. "Sayang, Sayang... ada Yadi nih!" ucap Hafni sambil berusaha melepaskan pelukannya.
Padahal Napisa tak peduli, dia hanya khawatir dengan suaminya. Jadi butuh pelukan yang lama. Sedangkan menurut Hafni, mungkin istrinya bakal malu jika lama berpelukan begini.
"Yadi langsung balik ya Kak. Makasih banyak udah bantuin Yadi ya Kak..." kata Yadi setelah mereka tak berpelukan lagi. "Yodah, hati-hati ya! Jangan ngebut di jalan! Nanti Kakak kabarin lagi kalo udah beres sama mama," jawab Hafni.
"Kamu gak main hape ya Sayang. Tadi Abang udah nelpon dan chat kamu loh ke hape kamu, ke hape Abang juga... sekarang hape-nya mana, Abang ada perlu nih." Lalu Napisa menjawab singkat, jika hape-nya ada di kamar. Hafni tak tau kalau istrinya sedang ngambek.