Bruk
Gadis itu berlari menuju pelataran rumahnya setelah melompati pagar setinggi dua meter. Tidak! Dia bukan benar-benar melompat karena dia telah menyiapkan tangga di sana.
Derap langkanya menyelami kebisuan dalam gelapnya malam. Tapi belum juga dia berhasil memasuki rumah besarnya, ada seseorang orang yang menangkapnya dalam pelukan.
"Kau bermain petak umpet malam-malam!" seru laki-laki dewasa berumur 30 tahun, tapi dengan nada anak-anak usia sepuluh tahun.
"Kenapa kau masih belum tidur sih!" Kesalnya pada laki-laki yang baru saja menjadi suaminya seminggu lalu.
Padahal kemarin malam laki-laki ini dengan patuh tidur saat jam sembilan malam. Lalu kenapa malam ini dia masih bangun dan menemukannya menyelinap malam-malam di rumahnya sendiri. Ralat, ini adalah rumah mertuanya.
"Aku mencarimu! Aku tidak bisa tidur tanpamu!" Adam menarik istrinya cepat menuju ke jendela kamarnya.
"Kau tadi lewat jendela?" tanya Cala pada suaminya.
Adam mengangguk, dia lalu menunjukkan lengan bajunya yang sobek karena jatuh dan tersangkut di bingkai jendelanya. Ada sedikit goresan merah di kulitnya.
Hal tersebut membuat Cala merasa bersalah. Bagaimanapun dia yang membuat laki-laki polos ini melompati jendela. Pasalnya Adam melihatnya saat tadi akan pergi kencan dengan kekasihnya lewat situ. Sepertinya Adam jadi mengikutinya juga.
Cala membantu Adam masuk ke kamar mereka dengan memegang bingkai jendela, membiarkan laki-laki berbadan tinggi tegap itu lebih dulu masuk. Setelah memastikan suaminya aman, dia baru menyusul dan melompati jendela itu dengan mudah.
Adam langsung naik ke tempat tidur, sedangkan Cala terlebih dulu menganti bajunya. Setelah lima menit, dia telah berganti dengan piyama berwarna merah maroon. Dia mengambil kotak obat di laci dan membawanya naik ke tempat tidurnya.
Adam masih duduk diam menunggu Cala. Dengan patuh dia tidur di pangkuan istrinya. Cala dengan sabar mengusap kepala suaminya itu. Baru kemarin mereka bertemu pertama kali di pelaminan, dan saat itulah dia telah jatuh hati pada suaminya yang rupanya sangat manis, maksudnya di sini dalam artian lain.
Sayangnya Cala sendiri masih memiliki kekasih. Karena pernikahannya dengan Adam murni karena perjodohan. Saat tahu jika suami yang akan dinikahinya adalah seorang idiot, Cala menolak keras dengan berbagai alasan. Sayangnya mereka telah di jodohkan sejak bayi.
Di pelaminan pun awalnya Cala tidak mau duduk di dekat Adam. Ada rasa jijik dan malu. Dengan paksaan dari kedua orang tuanya, dia terpaksa duduk di dekat laki-laki yang tiba-tiba telah menjadi suaminya.
Awalnya Adam hanya diam, tidak sedikitpun melirik kearahnya. Tapi setelah beberapa waktu, laki-laki itu mulai bertanya banyak hal. Itu siapa? Kenapa mereka terus tersenyum ke arahnya? Dan masih banyak lagi pertanyaan di hari itu.