Usai berbincang dengan Dian, aku menemukan sumur inspirasi. Jika Pak Malik setuju dengan gagasan ini, maka tugasku di masa depan akan semakin lancar tanpa hambatan yang berarti.
“Pak, ada yang ingin saya sampaikan,” kataku, setelah mengantarkan kopi dan kudapan ke ruangan CEO.
Pak Malik tidak memberi respons apa pun. Dia sibuk dengan dokumen di tangannya yang sudah ditandatangani. Apa sih yang sedang beliau pikirkan sampai tidak fokus?
“PAK!!” Kali ini suaraku lebih keras dari sebelumnya.
Si Bos mendesah lalu dia menutup dokumennya.
“Al, saya ini bukan pembina upacara yang perlu kamu teriaki dengan lantang. Bicara saja sewajarnya!” Lelaki itu mulai emosi.
Dia menunjuk daun telinga kirinya, lalu berkata, “Gendang telingaku ini masih bergetar dengan normal, tahu! Bilang saja kamu mau bicara apa?”
Sebelum menyajikan inti pembicaraan, aku mengambil kue kemudian menyuapi Pak Malik.
“Enak tidak, Pak?” Aku mempertaruhkan harga diri dengan berbicara sok genit, namun tak ada kata yang terucap dari mulutnya.
Aku bosan dengan reaksi Pak CEO yang tidak mengatakan apa pun, dia hanya mengangguk dengan ekspresi bingung. Setidaknya katakan sesuatu, Bos.
“Ini adalah kue lamarannya Dian.” Aku mengambil telepon genggam.
“Bapak tahu tidak? Dia bertemu dengan calonnya lewat aplikasi, loh.” Aku membuka aplikasi kencan yang digunakan Dian dan menunjukkannya pada Pak Malik.
“Saya sudah mengatur profil Bapak, yang perlu Anda lakukan yaitu menggeser layar ke kanan pada profil wanita yang cocok dengan kriteria Bapak,” pungkasku.
Aku sangat bersyukur karena tuhan memberiku kepala yang cerdas. Pak Malik yang tampan ini pasti akan menyukai hasil kerjaku yang brilian.
“Terima kasih. Saya akan memeriksanya setelah menerima telepon.” Dia melambaikan tangan, menyuruhku untuk meninggalkan ruangan.
***
“Selamat siang, Pak. Bagaimana saya bisa membantu?” ucapku saat menjawab panggilan interkom dari ruangan CEO.
“Batalkan semua jadwal saya hari ini, lalu pesan tiket penerbangan ke Singapura dengan jadwal paling dekat dari sekarang. Kamu ikut saya ke sana!” perintah lelaki itu.
“Baik, Pak. Saya akan melakukan penjadwalan ulang agenda Anda, lalu memesan tiket penerbangan ke Singapura untuk dua orang, serta mengatur mobil untuk menjemput Anda di bandara tujuan.” Asyik!! Dinas ke luar negeri.
***
Setelah mendarat di Singapura, kami menuju rumah sakit besar yang terdapat di negara tersebut. Saat tiba di sana, Pak Malik langsung menuju salah satu ruangan VIP. Sebelum masuk, Pak Malik berhenti sejenak di depan pintu. Beliau menarik napasnya dalam-dalam dan mengembuskan secara pelan.
“Ma…,” ucap Pak Malik pada wanita yang terbaring di ranjang pasien. Dirinya terbaring lemah dengan infus dan alat bantu pernapasan setia menemani.
“Bagaimana perasaan Mama?” Pak Malik sambil memegangi telapak tangan ibunya.
“Rara…, Mama baik-baik saja,” ujar wanita itu.