Suami Pelit Bin Medit

Dara Apriliani
Chapter #9

Pertemuan Aga dan Mega

“Tidak salah, semua orang berhak jatuh cinta pada siapa pun,” ucap Yuli memupuk harapan untuk Mega. “Jadi yang punya perusahaan itu papah kamu, bukan kamu yang jadi karyawannya. Itu artinya kamu anak orang kaya dong. Bukan pegawai kantor biasa? Tapi kenapa harus pura-pura?”

“Iya, Bu. Seperti saya bilang dari awal, saya melakukan ini supaya dekat dengan Mas Aga.”

“Segitunya?”

“Lebih dari itu pun saya mau asal Mas Aga jadi milik saya.”

"Benar-benar, beruntung sekali nasib Aga. Tahu begitu dari dulu aku jodohkan saja perempuan ini dengan Aga. Aga sih Bodoh. Mau-maunya sama gadis desa,” batin Yuli.

“Pastinya, saya akan usahakan Aga jadi milik kamu.”

“Deal, ya, Bu.” Mega mengulurkan tangan.

“Deal!” Yuli menyambut tangan Mega. Tanda sepakat.

“Sekarang silakan lanjutkan belanjanya. Sepuasnya!”

“Wah! Makasih calon menantu kesayangan.” Mata Yuli langsung berbinar. 

“Sama-sama.”

‘Tidak sulit ternyata membujuk si tua bangka dan mata duitan ini.’ batin Mega tersenyum penuh kemenangan. “Bersabarlah Mega sebentar lagi. Apa yang selama ini kamu inginkan akan menjadi milikmu seutuhnya.’

“Bu, ibu!” teriak Aga namun masih sopan.

Rupanya Yuli sedang melamunkan bermenantukan perempuan kaya. Sehingga saat di panggil anaknya tidak merasa.

“Ibu!” teriak Aga lebih kencang lagi kini beralih ke kuping ibunya sampai si kuping ingin memuntahkan segala isinya. Saking kesalnya juga. Si tuan mendadak tuli.

“Ish, kamu kenapa ngagetin ibu sih! Mana teriak lagi.” Yuli menatap anaknya dengan kesal. Saat menyadari suara bariton Aga.

“Habisnya ibu mendadak budek terus senyum-senyum sendiri. Kaya orang kesurupan.” Aga tertawa renyah. “Hampir saja mau Aga sembur!” Kini tawa lelaki itu pecah. Terbahak-bahak. Tak kuat menahan, minta dilepaskan.

“Astaga! Kurang ajar, ya kamu.” Yuli memukul anaknya bertubi-tubi. “Beraninya ngatain ibu!”

“Aduh, Bu. Ampun!” Aga meringis. Kesakitan. “Jangan kencang-kencang.”

Lihat selengkapnya