Suami Pelit Bin Medit

Dara Apriliani
Chapter #10

Gaji Aga Untuk Lastri

Aga berpikir sejenak. Benar juga yang dikatakan Mega kalau dia pergi sekarang bisa-bisa bakalan malu karena tak pesan apa pun langsung pergi.

Mana para pelayan dari tadi mondar-mandir mengamati tingkah lakunya. Kemungkinan pelayan- pelayan itu mencurigai Aga. Pelayan perempuan parah lagi. Berkali-kali ke-mejanya untuk menanyakan pesanan Aga.

Padahal ini semua akal-akalan ibunya dan ide dari Mega.

“Gimana, Bu. Sudah sampai di restoran, yang saya tentukan?” Mega menelpon Yuli. Di saat perempuan itu sedang mengunci rumah.

“Ini kami sudah mau berangkat. Tunggu saja kabar baiknya. Saya akan menjalankan tugas dengan benar, dijamin berhasil,” bisik Yuli agar tak didengar oleh Aga.

“Baik, Bu. Kalau berhasil. Semakin cepat kalung berlian yang saya janjikan melingkar indah di leher ibu.”

Yuli tersenyum-senyum sendiri memegang lehernya. Membayangkan kalung berlian itu bertengger di leher keriputnya. Dijamin! Keriput-keriput itu bakal luntur, tertutup kalung berlian.

Dengan terpaksa, Aga menghempaskan bokongnya lagi. Wajahnya merengut tak suka. Ini semua gara-gara ibu, pikirnya. Kenapa izin ke toilet begitu lama. Jangan-jangan mereka berdua sekongkol lagi. Ah! Tapi masa tega ibunya sendiri menjodohkan Aga dengan Mega—Perempuan yang cantik karena make up.

 Selera ibu begitu bertolak belakang dengan anaknya. Tapi bisa jadi ini semua karena harta! Ya mega kaya raya. Yuli-kan bilang begitu dengan Aga.

“Di makan dulu, Mas.” Mega tersenyum penuh kemenangan. Ternyata ... ibu dari Aga bisa juga di andalkan. Walaupun koleksi kalung berliannya harus berkurang satu. Tak masalah, yang penting hari ini ia dapat makan bersama pujaan hatinya. Atau lebih dari itu.

Aga diam seribu bahasa. Lalu menyendokkan makanan mewah itu ke-mulutnya. Makanannya lezat sekali. Akan tetapi terasa hambar di lidah lelaki itu, tiba-tiba saja lelaki itu jadi teringat Lastri.

Salahkah dia sudah makan lezat dengan wanita lain? Pikir Aga. Padahal selama ini Aga tak pernah memberikan makanan lezat ini kepada istrinya. Setiap hari hanya telur dadar di suap Lastri.

Aga pulang malam, hari ini. Lelaki itu mengetuk pintu rumah dengan ragu-ragu. Hingga ketukan ke-lima baru pintu bergeser. Dilihatnya wajah cantik Lastri tersenyum manis kepadanya. Seperti hari-hari sebelumnya ketika menyambut kedatangannya.

Tak ada lagi kemarahan di wajah Lastri, apalagi raut kekecewaan karena Aga pulang malam, hanya ada sedikit kegelisahan yang tergambar di mata coklat Lastri. Aga tahu itu. Padahal mereka sebelumnya diam tak banyak bicara. Alias bertengkar.

Tiba -tiba saja entah kenapa, rasa bersalah menjalar di hati kecil Aga. Sebab, sudah makan bersama wanita lain di belakang Lastri. Walaupun tanpa sengaja. Tetap saja dia mengutuk dirinya sendiri. Kenapa dia sebodoh itu percaya saja dengan akal-akalan Yuli. Ya siapa lagi kalau bukan ibunya yang merencanakan pertemuan ini.

Pria itu begitu yakin ada kesengajaan yang tercipta di antara pertemuan dia dan Mega. Buktinya Yuli begitu gencar menyuruh Aga menceraikan Lastri dan menikah dengan Mega.

“Baru pulang, Mas?” tanya Lastri. Senyumnya kini memudar, berganti dengan helaan napas.

“Masuk dulu.”

Aga mengangguk, kemudian dia masuk dengan tergopoh-gopoh. Setelah menyerahkan sebuah bingkisan untuk Lastri. “Untukmu,” ucapnya.

Lihat selengkapnya