Suami Psikopat

Rizka W. A
Chapter #6

Aib

Bu Rima melengos. Menyembunyikan raut wajahnya yang terkejut. Dia berpura-pura memeriksa nakas untuk mengaburkan rasa gugup atas pertanyaan menantunya.

"Nggak. Ka-kayaknya sih, nggak. Ibu nggak ada ngabarin Mama kamu. Kamu mau Ibu telponkan?" tanya Bu Rima ragu.

Melisa menggeleng. "Sebaiknya Ibu nggak usah tau masalah ini," ucapnya. Matanya mulai berembun.

"Ya sudah kamu istirahat. Kalau ada apa-apa panggil Ibu. Ibu mau selonjoran di sofa."

Melisa mengangguk. Beruntung dia mempunyai mertua yang baik. Meskipun Rais serinv menyiksanya, setidaknya Bu Rima selalu ada untuk menghibur

Dia tidak dapat membayangkan, kalau sampai ibu mertuanya pun memperlakukannya secara tidak baik. Melisa pasti akan menyesali takdirnya seumur hidup.

Masi lekat dalam ingatan, saat dia diusir dari rumah oleh orang tuanya. Berkali-kali Melisa mencoba meminta maaf, tapi tetap saja keduanya tidak bergeming.

Di saat Melisa sedang terpuruk dan butuh dukungan, semua malah menjauh dan memandangnya sebagai wanita tidak bermoral. Bahkan kedua orangtuanya pun melakukan hal serupa.

Mama dan papa Melisa tidak sedikit pun menaruh rasa kasihan terhadap putrinya. Mereka seolah sengaja memberinya hukuman yang pantas atas sikap Melisa.

Bagi Bu Rima dan Pak Imran, kehamilan Melisa adalah aib yang sangat besar dan malapetaka. Mereka tidak sudi serumah dengan manusia pembawa sial. Jadi Melisa harus angkat kaki dari rumah itu.

Waktu itu Mama dan Papa Melisa mendapat panggilan dari guru BK, perihal kondisinya. Saat itulah kali pertama aibnya terbongkar.

***

"Apa Ibu sudah tahu, kenapa kami menyuruh kalian untuk datang?" tanya Bu Lita.

"Apa kesalahan anak saya, Bu? Selama ini Melisa adalah anak yang baik. Dia juga berprestasi. Presensi di kelas pun tak pernah alfa kecuali dia benar-benar sakit," tanya Bu Maryam tidak sabar.

"Ini yang akan kita bahas, Bu. Saya harap Ibu sama Bapak tidak terkejut mendengar hal ini," tukas

Bu Lita menatap Bu Maryam dan Pak Imran secara bergantian. Dia tidak ingin orang di hadapannya tersinggung atas apa yang ia akan ucapkan selanjutnya.

"Bu, Pak, apa Melisa tidak pernah menceritakan sesuatu kepada kalian? Terutama Ibu. Biasanya gadis remaja akan sangat dekat dengan ibunya."

Lihat selengkapnya