Hubungan antara Rangga dan Siska semakin sulit disembunyikan. Di kantor, Rangga menjadi lebih sering terlihat bersama Siska. Meski mereka berusaha untuk tidak menimbulkan kecurigaan, bisik-bisik di antara rekan kerja mulai terdengar. Mereka yang dulunya menghormati Rangga, kini mulai memandangnya dengan tatapan penuh spekulasi. Namun, Rangga tidak peduli. Di sisinya, Siska terus memberikan perhatian yang membuatnya merasa seperti pria yang dihargai dan diinginkan.
“Pak Rangga, saya sudah memesan makan malam untuk kita di restoran dekat kantor,” kata Siska suatu sore. Rangga hanya tersenyum, merasa semakin nyaman dengan kehadiran Siska. Namun di balik senyum itu, ada sedikit rasa bersalah yang terus mengintip, mengingat Dewi dan anak-anak yang menantinya di rumah.
Di sisi lain, Dewi mulai merasakan sesuatu yang berbeda dalam perilaku Rangga. Suaminya yang biasanya penuh perhatian kini sering lupa menanyakan kabarnya. Ponsel Rangga juga sering berbunyi, dan ia selalu menjauh untuk menerima panggilan tersebut. Meski Rangga berusaha menyembunyikan, Dewi adalah wanita yang peka.
Suatu malam, ketika Rangga sedang mandi, ponselnya berbunyi. Dewi tidak berniat mengintip, tetapi notifikasi pesan di layar membuatnya penasaran. Pesan itu dari Siska, dan isinya membuat Dewi terhenyak: “Terima kasih untuk malam ini, Pak. Saya merasa sangat spesial.”