Pagi itu, Dewi memandang dirinya di cermin. Wajahnya yang dulu cerah kini dihiasi lingkaran hitam di bawah mata. Namun, di balik keletihan itu, ada tekad yang mulai tumbuh. Dewi tahu bahwa ia tidak bisa terus-menerus terpuruk. Anak-anaknya membutuhkan sosok ibu yang kuat, bukan ibu yang terjebak dalam kesedihan.
Dengan dukungan Rina dan sahabat-sahabatnya, Dewi mulai memikirkan cara untuk membangun kembali hidupnya. Ia teringat pada hobinya yang sempat terabaikan — memasak. Dulu, ia sering mendapat pujian dari keluarga dan teman-temannya karena masakannya yang lezat. Dewi akhirnya memutuskan untuk mencoba peruntungan di bidang yang ia cintai.
“Rin, aku ingin coba jualan makanan. Gimana menurutmu?” tanya Dewi suatu pagi sambil menyeruput teh di rumah Rina.
Rina langsung tersenyum lebar. “Itu ide yang bagus, Dewi! Kamu tahu kan, masakanmu selalu enak. Aku yakin pasti laku. Kita mulai dari yang sederhana dulu. Aku bisa bantu promosikan ke teman-temanku.”
Dewi merasa semangatnya perlahan kembali. Dengan modal kecil yang ia miliki, ia mulai membuat beberapa jenis masakan untuk dijual. Ia memilih menu sederhana seperti nasi kotak dengan lauk ayam goreng, sambal, dan sayuran. Rina membantu mempromosikannya melalui media sosial dan lingkaran pertemanannya.