Siska mulai merasakan perubahan dalam diri Rangga. Rangga yang biasanya memberi perhatian penuh kini lebih sering termenung. Setiap kali Siska mencoba menarik perhatiannya, Rangga tampak enggan merespons seperti biasa. Ketidaknyamanan ini membuat Siska gelisah. Ia sadar bahwa keberhasilan Dewi dan kedekatan Rangga dengan anak-anaknya mungkin menjadi alasan di balik perubahan ini.
Siska tahu bahwa ia harus bertindak. Baginya, Rangga adalah miliknya, dan ia tidak akan membiarkan pria itu kembali ke kehidupan yang telah ia tinggalkan. Ia mulai merencanakan cara-cara untuk menjaga Rangga tetap di sisinya.
Suatu malam, setelah makan malam yang dingin tanpa banyak percakapan, Siska memutuskan untuk memulai langkah manipulatifnya. “Mas, aku merasa kamu akhir-akhir ini berbeda. Apa aku melakukan sesuatu yang salah?” tanyanya dengan nada lembut, mencoba menyembunyikan kecemasannya.
Rangga menatapnya sejenak, lalu menggeleng. “Tidak, Siska. Aku hanya banyak pikiran belakangan ini.”
“Kalau ada yang salah, kamu bisa cerita sama aku, Mas. Aku di sini untuk kamu,” jawab Siska sambil menggenggam tangan Rangga.
Namun, jauh di dalam hati, Rangga tahu bahwa hubungannya dengan Siska tidak lagi seperti dulu. Ada jarak yang semakin nyata di antara mereka.
Pagi berikutnya, Siska memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih berani. Ia mulai memeriksa ponsel Rangga secara diam-diam, mencari tanda-tanda komunikasi dengan Dewi atau siapa pun yang mungkin mengancam posisinya. Ketika ia menemukan pesan dari Ardi yang bertanya kapan Rangga akan pulang, ia merasa marah dan terancam.