Setelah beberapa waktu berlalu sejak konfrontasi terakhir Rangga dengan Siska, hubungan antara Rangga dan Dewi perlahan membaik. Namun, Dewi tetap berhati-hati. Meski ia memberi Rangga kesempatan untuk lebih dekat dengan anak-anak, ia tidak sepenuhnya membuka dirinya. Hidupnya yang sekarang sudah tertata dengan baik sebagai wanita mandiri membuat Dewi merasa lebih percaya diri dari sebelumnya.
Dewi semakin sibuk dengan bisnis kateringnya yang terus berkembang. Tidak hanya melayani pelanggan tetap, ia kini mendapat pesanan besar dari beberapa perusahaan untuk acara-acara resmi. Dengan jadwal yang padat, Dewi tetap memastikan waktu untuk anak-anaknya. Ardi dan Nisa selalu menjadi prioritas utamanya, dan itu membuat Rangga semakin kagum.
Suatu sore, Rangga datang ke rumah Dewi untuk mengantarkan Ardi yang baru saja menghabiskan waktu bersamanya. Ketika ia masuk ke dalam, ia melihat Dewi sedang duduk di ruang tamu, berbicara di telepon sambil mencatat sesuatu di buku agendanya. Wajahnya tampak serius, tetapi ada cahaya kepercayaan diri yang terpancar dari dirinya.
“Iya, Bu Lisa, saya pastikan menunya sudah sesuai dengan yang Ibu minta. Jangan khawatir, tim saya akan tiba lebih awal untuk menyiapkan semuanya. Terima kasih, ya, Bu,” kata Dewi sebelum menutup telepon.
Rangga menatapnya dengan kagum. Dewi tampak begitu berbeda dari wanita yang dulu ia tinggalkan. Ia bukan lagi seseorang yang bergantung pada suaminya untuk segalanya. Sebaliknya, Dewi kini adalah seorang pemimpin, baik untuk bisnisnya maupun keluarganya.
“Dewi, kamu luar biasa,” kata Rangga tiba-tiba.
Dewi mengangkat alis, terkejut dengan komentar itu. “Apa maksudmu?” tanyanya dengan nada datar.