Siska tidak bisa menerima kenyataan bahwa Rangga telah meninggalkannya untuk kembali mendekati keluarganya. Rasa kehilangan berubah menjadi dendam, dan ia bertekad untuk membuat hidup Rangga semakin sulit. Dengan sikap manipulatifnya yang sudah dikenal, Siska mulai melibatkan pihak ketiga dalam upayanya menghancurkan reputasi Rangga.
Ia menghubungi seorang rekan lama Rangga, Dion, yang pernah memiliki masalah pribadi dengan Rangga di masa lalu. Siska tahu bahwa Dion menyimpan dendam lama dan akan senang memanfaatkan kesempatan ini.
“Dion, aku pikir kamu harus tahu sesuatu tentang Rangga,” kata Siska dengan suara lembut di telepon. “Dia mencoba kembali ke keluarganya seolah-olah dia adalah pria yang sempurna. Tapi aku tahu banyak tentang keburukannya, dan aku pikir kamu akan tertarik mendengar lebih banyak.”
Dion, yang awalnya ragu, akhirnya setuju untuk bertemu dengan Siska. Pertemuan mereka berlangsung di sebuah kafe, di mana Siska memberikan informasi yang cukup untuk memicu kemarahan Dion.
“Bayangkan, dia meninggalkan aku setelah semua yang dia lakukan. Dan sekarang dia berpura-pura menjadi ayah dan suami yang sempurna. Apa kamu tidak merasa itu sangat tidak adil?” ujar Siska dengan nada memancing.
Dion mengangguk, matanya menyiratkan rencana balas dendam yang mulai terbentuk. “Kamu benar. Dia harus belajar bahwa dia tidak bisa lari dari tanggung jawab atau masa lalunya.”
Beberapa hari kemudian, masalah mulai menghampiri Rangga di tempat kerja. Dion, dengan informasi dari Siska, menyebarkan desas-desus yang merusak reputasi Rangga. Klien penting mulai meragukan kredibilitasnya, dan rekan-rekan kerjanya mulai memandangnya dengan kecurigaan.
Rangga, yang sedang berusaha memperbaiki hubungan dengan Dewi dan anak-anak, merasa tertekan. Namun, ia tidak ingin menyerah. Ia menghubungi Andi, sahabatnya yang bekerja di bidang hukum, untuk meminta saran.