Hari-hari Rangga kini dipenuhi dengan usaha untuk memperbaiki apa yang pernah ia hancurkan. Setiap langkahnya didorong oleh tekad untuk menjadi ayah yang lebih baik bagi Ardi dan Nisa, serta suami yang pantas bagi Dewi. Namun, ia tahu bahwa ini bukan perjalanan yang mudah. Ia harus bekerja keras untuk membuktikan bahwa ia benar-benar telah berubah.
Rangga mulai terlibat lebih aktif dalam kehidupan Ardi dan Nisa. Ia membantu Ardi dengan proyek sekolahnya, bahkan menghabiskan waktu bermain sepak bola di taman setiap akhir pekan. Dengan Nisa, Rangga belajar membuat kerajinan tangan sederhana, sesuatu yang selalu membuat anak perempuannya tertawa bahagia.
Suatu sore, saat mereka sedang bermain di halaman rumah, Nisa tiba-tiba berkata, “Ayah, aku senang kamu selalu ada sekarang. Aku merasa kita seperti keluarga lagi.”
Kata-kata itu membuat hati Rangga hangat. Ia menyadari bahwa kehadirannya mulai memberikan dampak positif pada anak-anaknya. Ia tersenyum sambil mengelus kepala Nisa. “Ayah akan selalu ada untuk kamu dan Ardi, Sayang. Itu janji Ayah.”
Sementara itu, Rangga terus menunjukkan perubahan nyata kepada Dewi. Ia tidak hanya membantu dalam bisnis katering, tetapi juga mendukung Dewi secara emosional. Saat Dewi menghadapi tantangan besar dalam menangani pesanan katering yang mendadak, Rangga dengan sigap membantu mengoordinasikan tim.
“Terima kasih sudah membantu, Rangga,” kata Dewi suatu malam setelah mereka menyelesaikan semua pekerjaan.
“Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan, Dewi. Aku ingin menjadi bagian dari kesuksesanmu, bukan beban lagi,” jawab Rangga tulus.