Suami-suami Seribu Dapat Tiga

riwidy
Chapter #1

Bab 1. Gara-gara Kecap Asin

Dua detik. Itu waktu yang dibutuhkan untuk mengubah dapur Pramita yang rapi bak galeri seni modern, menjadi medan perang yang sunyi namun mematikan. Pemicunya? Botol kecap asin merek ‘Merak Terbang’ di tangan Danny. 

Bukan, bukan karena merek itu mengandung bahan kimia aneh atau harganya selangit. Masalahnya, itu bukan merek yang Pramita pesan. Ia meminta ‘Kapal Layar’, merek premium dengan botol ramping dan label minimalis yang secara estetik lebih cocok untuk diletakkan di meja makan mereka yang elegan.

Pramita berdiri di ambang pintu dapur, menyilangkan tangan di dada, matanya yang tajam menatap botol di genggaman suaminya seolah itu adalah bom waktu yang siap meledak. 

Danny, dengan kaus rumahan kesayangannya yang sedikit bolong di bagian pundak, hanya terdiam, terkejut oleh aura tegang yang tiba-tiba memenuhi ruangan. Aroma tumis udang yang Pramita masak dengan sepenuh hati tadi sore, mendadak terasa hambar.

“Danny,” Pramita memulai, suaranya pelan tapi mengandung getaran berbahaya yang hanya Danny pahami sebagai tanda badai akan datang. “Itu kecap apa?”

Danny menoleh, senyum polos masih terpampang di wajahnya. “Kecap asin, dong, Sayang. Kan kamu yang minta beli tadi.” Ia mengangkat botol itu, seolah pamer. Sebuah kesalahpahaman fatal.

Pramita menghela napas panjang, napas yang terdengar seperti desah kekecewaan universal para istri. “Aku minta ‘Kapal Layar’, Danny. Yang botolnya bening, labelnya biru muda. Yang biasa kita pakai. Yang harganya tiga kali lipat itu.”

Danny mengerutkan kening. “Oh, yang itu? Lho, ini kan sama-sama kecap asin. Rasanya juga pasti mirip sebelas duabelaslah. Lagipula, ini lagi promo, Sayang. Lumayan lho cuma dua ribu. Dua ribu aja!” Ia mengedipkan mata, seakan baru saja memenangkan lotre.

Pramita menatap langit-langit dapur sejenak, memohon kekuatan ilahi untuk menghadapi ke-santai-an suaminya yang terkadang terasa seperti provokasi. Bagi Pramita, seorang wanita karier yang memimpin tim proyek besar di sebuah perusahaan multinasional, efisiensi dan detail adalah harga mati. 

Pernikahan, di matanya, juga adalah proyek yang harus dijalankan dengan presisi sempurna. Danny, suaminya, entah bagaimana selalu berhasil merusak cetak biru sempurna itu dengan ketidakpeduliannya terhadap “hal-hal kecil” seperti merek kecap.

“Danny, ini bukan masalah dua ribu rupiah!” Pramita akhirnya meledak, suaranya meninggi. “Ini masalah kamu nggak pernah mendengarkan! Aku sudah bilang berkali-kali, aku kirim fotonya, aku bahkan lingkari mereknya!”

Lihat selengkapnya