Suami-suami Seribu Dapat Tiga

riwidy
Chapter #5

Bab 5. Liburan Mewah Dalam Mimpi Sasmi

Sasmi mencibir. Layar ponselnya berpendar memantulkan citra liburan mewah yang terasa begitu jauh dari realitas sofa beledu lusuh yang sedang ia duduki. 

Di seberang sana, di televisi layar datar yang ukurannya tergolong "sedang-sedang saja" menurut standar Sasmi, Jauhari sedang asyik menonton sebuah pertandingan sepak bola yang entah mengapa selalu berakhir dengan skor seri atau seri-seri lainnya. Bau keripik kentang bercampur parfum aftershave murah menyelimuti ruangan, menciptakan harmoni yang hanya dinikmati oleh Jauhari seorang.

Postingan di Instagram itu adalah foto seorang teman lamanya, Cynthia, yang sedang berpose anggun di Santorini, mengenakan bikini rancangan desainer yang harganya mungkin bisa membayar cicilan mobil mereka selama setahun. 

Di sampingnya, suaminya, seorang eksekutif muda yang sukses, tersenyum lebar sambil memegang dua gelas champagne. "#Blessed #SantoriniVibes #LuxuryLife #HubbyGoals," tertulis di keterangan foto, seolah ingin menusuk ulu hati para pengikutnya satu per satu. Sasmi merasa tertusuk hingga ke dasar usus.

"Lihat ini, Yah," kata Sasmi, nadanya datar namun memiliki daya ledak yang setara dengan dinamit yang disembunyikan. Ia mengangkat ponselnya, membiarkan cahaya terang menyorot wajah Jauhari yang sedang fokus pada layar televisi.

Jauhari, tanpa menoleh, hanya menggumam, "Apa, Bun? Nanti dulu, ini lagi seru." Ia tidak menyadari bahwa kalimat "nanti dulu" yang sudah ribuan kali ia ucapkan adalah bensin murni untuk kobaran api amarah istrinya.

Sasmi mendengus. Sebuah suara yang jauh lebih berisik daripada penonton sepak bola di layar. "Seru? Kamu bilang seru? Lihat! Cynthia di Santorini! Suaminya sampai rela terbang ribuan kilometer cuma buat bikin dia senang. Lah, kamu? Disuruh belikan boba di ujung jalan saja nanti-nanti melulu."

Kini Jauhari akhirnya menoleh. Matanya, yang tadinya memancarkan gairah sepak bola, kini berubah menjadi tatapan lelah yang tak terlukiskan. "Ya ampun, Bun. Itu kan liburan orang. Kita kan juga baru liburan ke Bandung bulan lalu. Malah kamu bilang Bandung itu kayak puncak kedua."

"Bandung? Itu liburan? Itu namanya cari keringat, Yah! Macetnya minta ampun, udaranya panas, makanannya gitu-gitu aja. Mana ada aura-aura 'liburan mewah' di sana? Kita cuma pindah macet dari Jakarta ke Bandung," balas Sasmi, gesturnya dramatis. 

Dia menggeser jempolnya, menunjukkan foto Cynthia di kolam renang pribadi, matahari terbenam sebagai latar belakang. "Ini baru liburan. Suami yang begini baru namanya suami."

Jauhari menghela napas panjang. Ia sudah terbiasa dengan sindiran-sindiran ini. Sejak menikah, Sasmi memang punya radar khusus untuk mendeteksi kesuksesan finansial orang lain dan membandingkannya dengan kondisi rumah tangga mereka. 

Dulu, ia mencoba berargumen, menjelaskan bahwa rezeki orang berbeda-beda, bahwa kebahagiaan tidak bisa diukur dari merek tas atau destinasi liburan. Tapi semua itu seperti bicara pada tembok yang dilapisi berlian; tidak tembus.

Lihat selengkapnya