"Pada dua golongan orang ini, saya sungguh iri. Pertama, mereka yang memiliki harta kemudian senang bersedekah. Kedua, mereka yang memiliki ilmu / potensi, dan sungguh-sungguh mengajarkannya. Saya iri atas sikap dan jiwa mereka yang begitu mulia. Di saat kita semua menghadapi ujian, mereka inilah yang tidak akan 'mengambil kesempatan dalam kesempitan'."
Pia menutup presentasinya mengenai "Keahlian Berkomunikasi dan Relevansinya dengan Manajemen Finansial". Semua hadirin bertepuk tangan. Ini merupakan seminar dengan kuantitas peserta terbesar, dihadiri para ahli dan civitas akademika berbagai kampus. Aku sendiri ikut bagian menjadi panitia seksi acara. Sebenarnya hanya ingin melihatnya tampil di depan publik, sekaligus memastikan segalanya berjalan lancar agar ia tak gugup. Nyatanya, penampilannya sungguh memukau partisipan. Beberapa juga mengajaknya berfoto bersama di depan spanduk yang kudesain. Seorang cowok tampak sok akrab, gayanya membuatku jengah.
"Pia, kita harus segera ke sekre. Tadi Pak Wakil Direktur bilang kalau LPJ harus diserahkan dalam minggu ini." Buru-buru kupotong pembicaraan mereka. Lelaki itu mempersilakan Pia dengan anggukan, "Cowokmu?"
Pia tertawa. Menatapku geli seakan kami pacaran adalah hal tak mu ngkin dilakukannya dalam hidup ini.
"Bukan, sohib. Aku singlelillah." Hey, apa pentingnya pengumuman itu?
***
Pia terus tersenyum sepanjang jalan menuju sekre. Sampai-sampai dia tak sadar bahwa telah meninggalkan tas laptop di aula tempatnya presentasi tadi. Ckck, tumben amat ni anak mudah terpesona?