"Aliyya! Kok, ketawa-ketawa gitu sih? Wahh, ibu tau. Kamu sedang jatuh cinta ya?" Kata ibu dibalik pintu kamar yang sedikit terbuka.
"Ibu? Dari kapan ibu ada disitu?" tanya Aliyya.
"Udah, gausah ngeles kayak bajaj, ibu juga pernah ngerasain jatuh cinta pada pandanga pertama. Hehe," ucap Rahma lalu masuk kedalam kamar Aliyya.
"Cerita dong Bu, ceritaa!!! Aliyya pengen denger."
Allahu akbarr ... Allahuakbar!!
"Nah, adzan. Tandanya masuk waktu sholat isya. Ibu shalat dulu ya, hehe."
"Yahh, tapi ibu harus janji! Mau cerita ke Aliyya! Yaya?!"
"Insya Allah," Rahma lalu mengambil air wudu.
Aliyya melipat mukena yang tadi dipakai salat dan menatap luasnya langit dengan beberapa bintang yang menerangi malam.
"Apakah benar Ali cemburu padaku? Tapi kenapa cemburu?" Kata Aliyya hanya menebak.
"Udah semua tugasnya? Ada lagi gak tugas sekolahnya?" Tanya Rahma, sembari mendekati Aliyya.
"Hmm, tadi udah diliat. Dan tidak ada lagi, Bu."
"Jadi, boleh dong ibu dengar ceritanya Ali, yang katanya ketua di sekolah itu."
"Ketua MPK, Bu."
"Iya, itu!"
"Hmm, gimana ya. Kita cuma temenan aja."
"Kalo kata ibu jalani aja dulu, sepertinya Ali orangnya baik. Mbak Lin juga bilang begitu, jangan sampai kamu kecewa karena salah arah, jadi jaga kepercayaan temanmu."
Aliyya berpikir sejenak, lalu memeluk erat ibunya. "Aliyya sayang banget sama ibu."
Setelah cukup lama berpelukan, Aliyya mengungkapkan sesuatu.
"Bu, Aliyya sebenernya suka ama Ali," ucap Aliyya pasrah.
HAH!!!
"Maafin Aliyya, karena telah lancang berbicara seperti ini, tapi hati Aliyya gak bisa bohong, daripada nantinya Aliyya tersesat ke jalan yang tidak tepat, makanya Aliyya bilang sekarang."
HUFT
Rahma menatap tajam mata Aliyya, dan membuatnya ketakutan.
"MAAFIN ALIYYA!! ALIYYA SUDAH LANCANG!! HUKUM SAJA AKU, BU!! Hiks."
Aliyya bersujud di kaki Rahma, seraya meminta maaf atas kelancangannya tersebut, "HUKUM SAJA!! HUKUM ALIYYA BU!! Hiks, hiks, hiks."
Rahma memulai. "Kamu salah!!!"
"Maafin Aliyya, Bu," lengkap dengan air mata yang sudah membasahi pipi.
"Telah mencintai seseorang yang haram untuk dicintai!!" Geram Rahma, lalu mengangkat tubuh Aliyya untuk duduk disampingnya.
Rahma menghirup napas panjang, lalu berkata. "Rasa cinta itu sudah biasa apalagi kita hanya manusia biasa, ini awal yang baik dan Aliyya punya tekad yang kuat untuk bilang ke Ibu, padahal Ibu melarang keras pacaran. Dengan kejujuran kamu, Ibu jadi tau bahwa kamu sedang menyukai siapa itu? dan Ibu mohon, jangan sampai kecintaanmu terhadap makhluk melebihi cintanya kepada Allah."
Aliyya hanya pasrah dan mengiyakan.
"Ibu gak marah, malah Inu sangat senang bisa mendengar dari mulutmu langsung bukan dari orang lain."
"T-ttapi! Hiks, hiks."
"Ibu, akan dukung kamu, jika memang tidak akan membuat belajarmu kacau dan tidak mengecewakan dirimu."
Lanjut Rahma. "Tapi, bukan Ibu mengizinkanmu untuk berpacaran. Tapi, hanya untuk berteman dengan siapa aja, agar ada cerita di masa depan. Dan, kamu harus ingat waktu ya, sayang."
"T-tapi, jangan bilang keorang-orang ya bu, Aliyya malu, menyukai seseorang yang tidak halal bagi Aliyya, apalagi Aliyya masih sekolah ditambah keluarga Ibu sangat menjunjung tinggi agama."
"Cintanya orangtua melebihi apapun, jangan rusak kepercayaan ibu padamu, Aliyya."
"Insya Allah, Aliya janji!!!"
_____