Suami titipan

Sriwahhh
Chapter #8

8. CHAPTER 8

Malam ini, Aliyya sedang menyiapkan sesuatu yang akan ia bawa, untuk pergi ke Bandung, Jawabarat.

Karena, beberapa waktu lalu proposal yang diajukannya berhasil di ACC oleh kepala sekolah. Lalu semua staff OSIS dan MPK melakukan perjalanannya.

"Seperti enggak ada lagi deh," pikir Aliyya, lalu berbaring ditempat tidurnya.

"Sepertinya ada yang lupa!" kata Rahma dibalik pintu kamar Aliyya yang setengah terbuka, membuat Aliyya terbangun dan menyernyit.

"Apa, Bu?"

Rahma mendekati Aliyya, lalu berbisik. "Suami!"

HAH

"Mmm-maksud Ibu apa?!" tanya Aliyya heran.

"Gapapa!" kata Rahma lalu bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Aliyya dengan sejuta pertanyaan.

Aliyya hanya menganggap angin lalu, yang tidak perlu diseriuskan, lebih baik ia tidur lebih awal, agar tidak kesiangan. Aliyya mendengar suara adzan subuh berkumandang, lalu ia membersihkan diri dan sarapan pagi. Agar tidak masuk angin saat diperjalanan.

"ALIYYA?!" panggil seseorang di depan rumah.

Aliyya terdiam, seraya memikirkan satu nama yaitu Ali! Aliyya sangat yakin itu adalah Ali.

"I-iya!" kata Aliyya didalam rumah, lalu jalan cepat dan menghampiri suara tersebut.

"Iya, ada apa, Ali?!" kata Aliyya saat membuka pintu, dan lelaki tersebut membalikkan wajah.

"Ali?!" tanya lelaki tersebut.

Aliyya membungkam mulut dengan tangannya sendiri, lalu berkata. "Bang Hanif?!"

"Ya, ini Bang H A N I F bukan A L I."

Aliyya tersipu malu. " Maaf, Aliyya kira Ali."

"Gapapa ini awal yang baik, jika Aliyya suka sama seseorang perjuangankan, jangan sampai menyia-nyiakannya. Karena keberuntungan tidak akan selalu ada. Paham?!"

Aliyya mengangguk dan menanyakan sesuatu. "Bentar deh, kenapa Bang Hanif ada disini?!"

Hanif tersenyum lebar. "Abang tau, karena ada tetangga yang bilang katanya hari ini sekolah kamu ada outing class, yang disponsori oleh OSIS. Jadi, Abang kesini deh. Takutnya enggak ada yang nganterin kamu, Al."

Aliyya mengangguk paham.

"Aliyya! Ohh, ada Bang Hanif. Bukannya disuruh duduk malah ditanya-tanya," tegas Rahma, yang tidak tahu sejak kapan ia berada dibelakang Aliyya.

"I-iya, maaf, Bu. Duduk, duduk dulu Bang."

Hanif selalu menunjukkan gigi yang tersusun rapih.

"Bentar ya, Aliyya pamit dulu ke ibu sekalian mau ngambil tas yang akan dibawa."

"Santai aja, lagian Abang shif malam kerjanya."

Aliyya tidak enak karena ia rasa hanya merepotkan Hanif, tapi tidak sedikitpun rasa keberatan yang ditunjukkan pada Aliyya.

Dilain sisi, Ali sudah siap tinggal berangkat saja, tapi ia tidak ingin melewatkan sesuatu yang mungkin tidak akan kembali lagi yaitu kasih sayang dari mamanya, Ali sedang menunggu Jamilah, katanya lagi mencari sesuatu yang mungkin akan berguna, sambil menunggu ali menuliskan beberapa kalimah dibukunya.

Tangan Ali linglai menulis disebuah buku.

Jika saya mencintaimu dengan semampu saya

Apakah kamu akan membalasnya

Lihat selengkapnya