Kehilangan orang tersayang bukan hal yang terbaru di dunia ini, mungkin jutaan orang telah merasakannya, pahit, kejam dan tidak dapat mengubahnya lagi. Keadaan yang tengah dirasakan oleh Sultan, terlebih oleh Ali.
"Nek?!" ucap Ali yang ingin memastikan, tetapi ia masih terdiam dengan posisinya.
Ila terus terdiam, Sultan berada didepan wajah yang tengah tertidur pulas diatas sprei berwarna merah tua. Dengan tangisan kencang yang diciptakan olehnya. Hanya itu yang dapat ia lakukan setelah melihat wajah Aliyya yang sudah memucat dan memutih.
Ali tidak sanggup melihat wajah kekasihnya, yang ia impikan untuk bersama sampai ke surga, tetapi telah sirna ditengah perjalanan. Isakan Sultan membuat orang disekitar mendekat, dengan beberapa pertanyaan yang mereka ajukan.
"NEK?!" tanya Ali lagi.
Lanjut Ali. "Andai saja! Aliyya masih ada! Ali berjanji akan melindungi dia, akan menjaga dia, akan membuatnya bahagia! Apapun itu alasannya!! Hiks."
Dijawab dengan senyuman Ila. "Benarkah?"
"Ali tidak ingin, ada seorangpun yang menyakitinya!! Sebagian kebahagian Ali terletak padanya!!" sambung Ali.
"Kamu bisa memegang janji itu?! Apapun alasannya?!" tanya Ila memastikan.
"SANGGUP!" tanpa pikir panjang Ali menjawabnya.
"Jika Aliyya diberi satu kali lagi umur untuk hidup, apa yang akan kamu lakukan, Nak?!" tanya Ila dengan sungguh-sungguh.
"ALI AKAN MENUNTUNNYA SAMPAI KE SURGA!!"
"Kamu bisa pegang janji itu?!"
"M-mmaksud, Nenek gimana ya?!" Ali penasaran dengan ucapan Ila yang terus menanyakan hal aneh.
"Bangun! Coba lihat ke dalam."
Ali bingung sekaligus penasaran dengan keadaan Aliyya yang sedang ditangisi oleh Sultan, Ali sangat ingin masuk, tetapi selalu ia urungkan.
"AYAH!!" teriak perempuan didalam rumah. Seakan menghipnotis semua orang yang berada disekitar ini.
Ali tertuju pada suara tersebut, dengan penasaran ia menghampirinya, langkah cepat ia lakukan agar cepat sampai.
Ila tersenyum bahagia. Sultan terdiam setengah mati setelah melihat anaknya yang tengah memanggil namanya.
"Aliyya??" kata Ali yang masih tidak percaya, dan mendekati Aliyya yang masih terbata-bata saat mengatur nafasnya. Aliyya terbangun setelah tidur yang cukup lama.
Aliyya sontak memeluk Ali dengan penuh haru, seperti seorang perempuan yang tidak mau ditinggal oleh kekasihnya. Aliyya memilih Ali untuk dipeluknya bukan Sultan sebagai ayahnya sendiri dan orang yang berada di dekatnya. Dengan air mata yang tidak terhenti dan tercipta oleh Aliyya.
"Ali harus janji!!" ucapan Aliyya sangat aneh, berbeda tiga ratus enam puluh derajat yang membuat Ali terkesima.
Ali merasakan kekhawatiran, ketakutan yang dialami oleh Aliyya lewat tangan yang tertempel dibadannya. Lalu ia lepaskan dengan pelan, karena ia tidak mau ada kesalahpahaman diantara mereka. "Aliyya, disamping Ali ada ayah kamu, coba liat!" dengan lembut Ali memulai bicara.
Aliyya tidak mau melepaskan pelukan Ali, Sultan sudah menangis melihat kejadian ini, mungkin karena kejadian dahulu yang membekas di hati Aliyya.
"Ali bisa janji pada Aliyya?!" tanya Aliyya tepat dekat telinganya Ali.
"Jj- janji? Janji untuk apa?!" tanya Ali terbata dan segera melepaskan pelukan Aliyya yang malah semakin mengencang.
"ALI!!"
"Ali gak bisa jawab, kalau masih dalam keadaan seperti ini, Ali mohon lepaskan ya?!"
"Ali harus janji dulu!"
"I- iya, iya. ALI JANJI."