SAH!
"Sah!"
"Alhamdulillah."
Akad nikah baru saja terselenggara di dalam rumah Ila, dengan penuh haru Ali lantang melafalkan kalimat tersebut yang serba mendadak. Sedangkan Aliyya masih terpaku di dalam kamar dengan memakai gamis dan kerudung menutupi dada, yang sungkan untuk keluar kamar.
Sultan menangis haru, harus melihat keadaan anaknya seperti ini, sekalinya bertemu dengan Aliyya tapi dengan keadaan yang sudah menjadi tanggung jawab suaminya yaitu Ali.
Aliyya terus melihat pantulan wajahnya di cermin, dengan make up yang sedikit membuatnya risih. Air mata tidak sengaja membasahi pipi yang tengah memerah blush on dan terancam akan terhapus.
"Nak, ayo keluar," kata Jamilah lembut, karena semua orang sudah menunggu Aliyya untuk keluar.
Aliyya menguatkan batin agar dapat menerima semua ini, Jamilah memberi semangat untuknya, dengan perlahan Aliyya melangkahkan kaki.
"PERNIKAHAN INI TIDAK SAH!!" ucap Aliyya setelah keluar dari kamar tadi, sontak membuat semua orang tertuju padanya.
"Apa yang membuatnya tidak sah? Coba jelaskan!" Seseorang menyanggah.
"MAHAR?! MANA? TIDAK ada bukan," ucap Aliyya sesekali dengan sombong.
Semua orang tertawa, termasuk Ali. Ada apa dengan semua ini, Aliyya terdiam merasa terpojokkan.
"TIDAK ADA YANG LUCU! SAYA HARAP JANGAN ADA YANG TERTAWA."
Semua terpaku pada tempat duduknya masing-masing dan sebagian orang telah meninggalkan mereka dengan beberapa bisikan pada seseorang disamping mereka.
"Nak, coba dengarkan Ayah sebentar. Ayah hanya ingin ngobrol sebentar untuk membakar semangat Ayah!"
"Jika tidak penting! GAUSAH!" tolak Aliyya mentah-mentah.
Belum saja Ali mengucapkan satu kata, sudah diberhentikan oleh Jamilah. "Syuttt! Biarkan saja, mereka antara anak dan ayah."
Ali mengangguk paham, Aliyya berlari ke belakang rumah dengan keadaan yang masih bercampur aduk diikuti oleh Sultan. "Nak, mungkin ini kali terakhir Ayah bertemu denganmu!" berhenti sejenak untuk mengatur nafas, lanjutnya. "Dan ngobrol denganmu."
Aliyya memberhentikan langkahnya, lalu berbalik arah, untuk melihat Sultan yang sudah bercucuran air mata. "ADA APA?!"
"Ayah sayang Aliyya, sudah lebih cukup bagi Ayah untuk melihat pernikahan anaknya."
"Jadi, Ayah seneng liat Aliyya seperti ini? Menikah dilandasi hal BODOH DAN TIDAK MASUK AKAL!" acuh Aliyya yang masih tidak mengakui pernikahan ini.
"BUKAN SEPERTI ITU, NAK."
"Sudah, memang dari dulu Ayah hanya sayang pada Aniyya, ia selalu Ayah berikan kemewahan, kasih sayang dan perhatian lebih. Tapi! Ayah tidak memperdulikan kita, Ayah tidak tahu perjuangan Ibu untuk membesarkan Aliyya!! Yang AYAH SAYANG HANYA ANIYYA, BUKAN IBU ATAUPUN ALIYYA! ALIYYA BENCI AYAH! hiks, hiks, hiks."
"Nak, bukan seperti itu kenyatannya! Ayah sayang kalian."