Dari semalam hingga pagi ini Sakura terus saja membicarakan Ardi sampai sampai Keiko serta kedua Orangtuanya merasa jengah dengan omongan Sakura.
“Memangnya seganteng apa sih Ardi itu sampai kamu bisa kayak gini?” tanya Ibu Renita yang tengah meyiapkan sarapan untuk anak – anak serta sang suami.
“Mami belum lihat sih orangnnya, Sakura yakin kalau Mami lihat Mami juga bakal klepek – klepek.”
“Idiih Ra, lo berlebihan banget sih.” Sahut Syahdu yang merasa Sakura terlalu berlebihan.
“Emang kok, mata lo aja yang terlalu sipit makanya nggak bisa lihat ketampanan Ka Ardi.” Sakura dengan kesal menimpali.
“Apa lo bilang? Sipit? Nggak sadar lo, yang punya mata sipit bukan gue doang, sana ngaca dong biar tahu seberapa sipit mata lo itu, sampai sampai mau natap matahari aja udah nggak bisa.” Dengan nada tinggi Syahdu melotot ke arah Sakura.
Sakura tidak mau kalah, ia juga sudah siap mengeluarkan amukan kalau saja bukan sang Papi yang melerai maka bisa terjadi adu jotos di pagi hari. Ibu Renita serta Keiko sudah terbiasa dengan kelakuan si kembar kalau sudah bersilat lidah tidak ada yang mau kalah.
Yang menjadi penengah adalah sang Pemimpin Keluarga, Pak Saykoji terbiasa melerai kedua anak kembarnya dan hanya dengan satu kata saja dapat membuat keduanya terdiam.
“Kalian mau makan atau mau adu jotos?” suara bariton sang Papi menggema di seluruh ruang makan.
Syahdu dan Sakura tidak menjawab keduanya langsung mengambil sarapan dan makan dengan tenang. Ibu Renita dan Keiko pun tersenyum bangga akan teguran Pak Saykoji.
Selsai sarapan Pak Saykoji pun memberi petuah kepada si kembar “Kalian kalau mau keluar dari rumah itu tidak boleh dalam keadaan marah, nggak baik kata orangtua dulu.” Menatap Sakura dan Syahdu secara bergantian.
Sakura dan Syahdu yang sudah paham akan ucapan sang Papi pun langsung berpelukan dan mengucapkan kata maaf dan saling tersenyum.
“Nah, gitu dong baru anaknya Mami, masa mau sekolah kok wajahnya kayak kerupuk yang kena air.” Gelak tawa langsung terdengar begitu Ibu Renita berkata.
“Ya sudah Mi, kita berangkat dulu ya, Asalamualaikum.” Syahdu terlebih dahulu mencium tangan kedua orangtuanya dan kemudian beranjak menuju Keiko.
“Waalaikumsalam.” Jawab Keiko yang sedang mencuci piring.
Sepeninggal si kembar, Ibu Reni menghampiri Keiko, “Ki, emang benar ya kata Sakura kalau yang namanya Ardi itu cakep banget?” sang Mami sudah penasaran lantaran terngiang – ngiang ucpaan anaknya.
“Mami, dia biasa aja orangnya, emang si Sakura aja yang berlebihan.”
“Mami nggak percaya, penglihatan Sakura nggak pernah meleset Ki.” Ucap Ibu Reni yang tengah membanggakan Sakura.
“Masa sih Mi? aku nggak percaya Mi, buktinya teman Sakura yang katanya ganteng banget kayak Aktor Korea, tahu tahunya yang datang malah artis papan atas.”
Seketika tawa pecah Ibu Renita mengingat kembali bagaimana Sakura membanggakan teman sekelasnya yang baru pindah dari luar kota, karena penasaran akhirnya Ibu Renita beserta Keiko pun turut mengantarkan si kembar ke sekolah. Sakura pun memperkenalkan temannya dengan bangga. Ibu Renita dan Sakura langsung tersenyum ketika melihat teman Sakura.
Seketika lamunan antara Ibu dan anak itu pun buyar dengan sebuah sapaan.
“Maaf Bu, saya mengganggu. Tadi saya panggil panggil dari depan tapi ndak ada yang jawab, jadi saya masuk aja.” Ungkap Yumi yang tengah berdiri dengan senyuman khasnya.
Ibu Renita pun menoleh “Oh Yumi, iya nggak papa. Kenapa Yum?”
“Di panggil Bapak Bu, disuruh ke Kedai.”
“Ya sudah, kamu duluan bilang sama Papi, aku sama Ki nanti nyusul.”
“Baik Bu, saya duluan.”
Ibu Renita pun kembali menatap Keiko dan kemudian keduanya kembali tertawa. Sesudah menyelesaikan pekerjaan dan membereskan dapur keduanya langsung menuju Kedai.
“Pi, kenapa?” tanya Ibu Reni menyapa sang suami yang tengah menatap buku besar.
Pak Saykoji pun menengadahkan kepala melihat sang istri “Ini Mi, lagi banyak pesanan, jadi nanti bantu buatkan nota soalnya semua pegawai lagi ngurusin pesanan.” Terang sang suami.
“Oh, iya Mi, Keiko mana?” tanya Pak Saykoji kembali.
“Itu dia Pi, kenapa memangnya?”
“Bilang sama Keiko tolong periksa pesanan kalau sudah beres langsung diantarkan saja.”
Ibu Renita pun langsung menghampiri Keiko yang sedang berjalan ke arahnya.
“Ki, kamu periksa pesanan gih, kalau sudah langsung di antar saja. Dan bilang sama Andra siapin mobilnya.”