Ketika Sakura dan Syahdu pulang sekolah, Ibu Reni langsung menyerbu dengan berbagai pertanyaan mengenai Ardi.
“Mami kenapa tanya tanya Ka Ardi?” tanya Syahdu penasarn dan heran dengan sikap sang Mami.
Ibu Reni mengajak Sakura duduk di sofa “Kamu waktu pertama kali ketemu sama Ardi itu kesan kamu gimana?”
Sakura mengerutkan keningnya “Kan benar kan Mi apa kata Sakura. Waktu pertama kali lihat Ka Ardi itu Sakura langsung terpesona loh Mi, walaupun Ka Ardi itu pakai kacamata tapi tetep aja, pesonya itu loh Mi.” Sakura dengan semangat berapi api menjelaskan kepada sang Mami.
Syahdu pun menggeleng geleng kemudian berlalu menuju kamarnya, Keiko dan sang Papi masih berada di Kedai.
“Iya, tadi di Kedai ramai banget jadi Mami, Papi sama Ki bantuin, kebetulan banget si Ardi itu datang dan makan disitu loh.”
“Oh ya Mi, kenapa Mami baru bilang sekarang?”
Ibu Reni heran “Memangnya kenapa Ra?”
“Ya, Sakura pengin lihat Ka Ardi.”
“Ya udah, kamu ganti baju, terus langsung ke Kedai ya.” Ujar sang Mami yang sudah melangkah pergi.
“Mami mau kemana?” tanya Syahdu yang sudah berganti pakaian.
“Ke Kedai lagi, kamu mau ikut? Biar sekalian makan disana aja.”
Syahdu pun menyetujui dan ikut bersama sang Mami, “Ra, makan di Kedai aja ya.” Teriak sang Mami.
Sesampainya di kedai, Pak Saykoji sudah beralih di meja kasir, sedangkan Ayumi dan Keiko masih memberikan pesanan kepada pelanggan.
“Papi, sini biar Syahdu aja yang gantiin.”
“Kamu sudah makan belum? Mana Sakura?” tanya sang Papi yang melihat Syahdu dan sang istri.
“Masih ganti baju Pi, oh iya cowok cakepnya udah pulang ya Pi?”
“Masih tuh.” Pak Saykoji menunjuk dengan dagu.
Terlihat Ardi sedang berbincang bersama temannya dan sesekali tertawa.
“Sya, kamu makan dulu, habis makan baru gantiin Papi.”
Syahdu mengerti dan langsung menuju dapur, selang beberapa menit Sakura pun datang.
“Papi sama Mami udah makan?” tanyanya menatap kedua orantuanya.
“Kalian makan dulu, setelah itu baru gantiin Papi disini ya.”
“Siap Papi sayang.” Dengan senang Sakura mencium pipi sang Papi.
“Pi, Sakura ada maunya kalau begitu tu.” Syahdu yang sudah paham akan sikap sang Kakak jika sudah merajuk seperti itu.
Pak Saykoji pun tersenyum dengan tingkah anak kembarnya. Ia bersyukur di karuniai anak – anak yang begitu pengertian serta istri yang terbilang cantik. Dengan kelembutan hati sang istri pula Ia bisa menjadi seseorang seperti sekarang. Pada saat merintis Kedai banyak sekali ujian serta cobaan, tapi sang istri menjadi motivator serta penyemangat hidup untuknya.
“Papi ngelamunin apa?” tanya Sakura mengusap pipi sang Papi pelan.
“Papi lagi mikir, kalian cepat sekali besarnya padahal Papi ngerasa baru kemarin deh kalian itu masih Papi timang timang.” Menatap Syahdu dan Sakura bergantian.
Jika sudah berkata demikian keduanya langsung memeluk sang Papi erat dan mencium pipinya.
“Mami, Papi istirahat dulu ya.” Pamit sang suami meninggalkan kedai.