Satu bulan berlalu setelah undangan berkunjung yang diberikan oleh Ibu Reni kepada Ardi dan sampai saat ini Ardi belum juga memenuhi undangan tersebut. Ardi tengah disibukkan oleh peresmian dan pembukaan kantor barunya. Gedung lima lantai ini hari ini resmi beroperasi, suasana baru dengan beberapa perlengkapan baru memenuhi setiap lantai.
Hari ini semua pegawai sangat antusias melihat kantor baru mereka dan akan diadakan penyambutan untuk karyawan baru. Dika sudah tiba di lobi di sambut beberapa karyawan dan staf internal. Beberapa pasang mata karyawan baru terus menatap Dika yang begitu memukau dengan gaya Classy semi chic, mengenakan celana chinos hitam, kameja putih polos dengan kancing atas terbuka yang memperlihatkan dada bidangnya serta sepatu pantofel.
Dika memasuki ruang kerjanya yang berada di lantai lima diikuti oleh Jeno.
“Gimana Pak suka dengan interiornya?” tanya Jeno dengan senyuman nakalnya. Jeno dan Dika memang bersahabat tetapi dalam hal pekerjaan keduanya akan bersikap profesional, begitu juga dengan panggilan, selagi dalam lingkup kantor Jeno akan memanggil Dika dengan sebutan ‘Pak’ untuk menghormati sang atasan.
Dika mengangkat sebelah alisnya “Lumayan juga, aku suka dengan cara kerjamu, oh iya bagaimana dengan Sekretaris dan resepsionis?”
“Sudah Pak, mereka berdua sudah berada di lobi bersama para karyawan baru.”
“Ya sudah kalau begitu saya mau ketemu mereka berdua sekarang dan kamu urus semu karyawan baru.” Perintah Dika dan langsung dilaksanakan oleh Jeno.
Sepeninggal Jeno, beberapa menit kemudian ketukan di pintu ruangan Dika menyadarkannya dari lamunan.
“Masuk.” Jawab Dika dari dalam ruangan.
Kedua orang wanita yang masih muda pun masuk dan langsung di persilahkan duduk oleh Dika.
“Oke, silahkan perkenalkan diri kalian.” Ucap Dika sambil memperhatikan kedua wanita tersebut.
Salah satu wanita memperbaiki posisi duduknya dan merapikan rambutnya “Nama sama Ayana yanga akan bertugas sebagai resepsionis.” Tersenyum manis.
“Saya Chika Pak, yang akan menjadi sekretaris Bapak.” Ucapnya lembut.
“Oke, untuk Ayana, sudah tahu di mana meja kerjanya?”
“Sudah Pak, tadi sebelum ke sini Pak Jeno sudah kasih tahu.” Jawab Ayana lembut.
“Baik, untuk Ayana silahkan kembali kerja dan saya masih ada keperluan dengan Chika.”
“Baik kalau begitu Pak, saya pamit dulu.” Ayana undur diri kemudian tersenyum pada Chika.
“Untuk Chika, kamu sudah tahu kerjanya sekretaris itu seperti apa?”
“Sudah Pak, saya pernah bekerja di Indo Konstruksi sebagai sekretaris selama empat tahun.” Jelas Chika.
Dika mengangguk, “Bagus, meja kamu ada didepan ruangan saya.” Tunjuk Dika ke arah pintu.
“Iya Pak.”
“Kembali kerja dan semoga bisa betah kerja sama saya.” Ucap Dika sebelum Chika meninggalkan ruangannya. Chika tersenyum dan membuka pintu menuju meja kerjanya.
Konsep yang diusung dalam kantor ini adalah ruang kerja terbuka dengan kubikel sebagai pemisah, tidak banyak sekat karena akan terlihat menumpuk. Kantor juga menyediakan kantin dan coffee shop untuk semua karyawan.
Kantin dan coffee shop berada di lantai dua, sedangkan lantai tiga dan empat untuk setiap bidang. Lantai lima adalah ruangan Dika selaku Pimpinan perusahaan dan juga Penthouse yang disediakan oleh Jeno untuk Dika, apabila Dika tidak sempat pulang kerumah.
Selesai melakukan pekerjaannya Jeno kembali ke ruangan Dika dan melaporkan hasilnya.
“Sudah selesai, ada yang ingin ditambahkan lagi Pak?” tanya Jeno yang tengah menyelesaikan laporan singkatnya.
“Oh, iya bagaimana dengan peluncuran mobile app?” tanya Dika yang masih asyik dengan menatap layar komputernya.
“Sudah Sembilan puluh persen Pak, dalam waktu dua minggu sudah bisa kita luncurkan.”