Sakura menghentakkan kaki dan pergi meninggalkan Kedai. Sesampainya di rumah Syahdu juga tengah sibuk memperlihatkan ponselnya pada sang Kakak dan bercerita mengenai Free Style.
Sang Kakak terlihat sangat antusias dengan penjelasan Syahdu, “Serius banget sih.” Ujar Sakura menghempaskan dirinya diatas sofa duduk berdampingan dengan Syahdu dan Keiko.
“Ini lagi denger penjelasan Sya tentang FS, memang barang barang FS bagus, Ki suka banget.” Ujarnya tersenyum.
“Ki tahu nggak pemilik perusahaan ini?” tanya Sakura menatap Keiko.
Keiko menggeleng “Nggak tahu, emangnya kamu tahu?”
“Lihat sepintas di Media sosial, Ki kalau lihat juga pasti ngiler.” Sakura membayangkan wajah tampan pemilik perusahaan FS.
“Yang ngiler itu lo, bukan Ki.” Cibir Syahdu cepat.
“Kayak lo nggak aja.” Timpal Sakura yang tak terima ucapan Syahdu.
“Gue? Biasa aja kali, gue itu bukan melankolis yang super dramatis kayak lo.” Ledek Syahdu langsung beranjak dari sofa menuju kamar.
“Dasar tempe penyet egois super duper lo tu.” Teriak Sakura memekakkan telinga Keiko. Keiko pun menghela napas panjang menahan emosi melihat kelakuan kedua adiknya.
“Kalian berdua itu bisa nggak sih kalau nggak berantem sehari aja.” Lirikan tajam Keiko ke arah Sakura, yang dilirik pun seolah tak memperdulikan dan sibuk dengan ponselnya.
Setelah beberapa menit hening, Keiko merapat ke arah Sakura langsung menghadap sang adik “Emang cakep banget ya Ra?” selidik Keiko penasaran.
Sakura menoleh sebentar dan kemudian kembali sibuk berselancar dengan ponselnya. “Siapa Ki?”
“Yang tadi kita ngomong itu siapa?” Keiko balik bertanya dengan wajah cemberut.
Sakura sejenak berpikir “Aaaah, Pimpinan Free Style?”
Keiko mengangguk mantap sambil menaikkan sebelah alisnya “Cakep banget ya?”
Sakura mengerutkan keningnya kemudian dengan wajah berbinar “Aku juga belum tahu banyak Ki, tapi kata teman temanku, orangnya stylish abis Ki, kalau kata orang mah seperti pangeran Herry.” Bibir Sakura sudah terbuka lebar.
“Ya ampun emang benar kata Sya, kalau kamu itu super dramatis banget.” Keiko pun bangkit dan pergi meninggalkan Sakura sendiri.
***
“Mau makan apa lo?” tanya Chika yang sudah berada di hadapan Ayana.
Berpikir sejenak kemudian “Keiko belum tahu kan kalau kita kerja disini?” tanpa menghiraukan pertanyaan Chika, Ayana balik bertanya.
“Eh iya tahu, kita kasih kejutan yuk,” Chika pun siap melangkah tapi Ayana menahannya “Lo tahu nggak Kedai milik Ki?”
“Hmm, udah gue tahu, lo pesan ojol gih.” Ucap Chika menyerahkan ponsel miliknya kepada Yana.
Chika dan juga Ayana sudah berada di depan kantor menunggu ojol yang mereka pesan, tiba tiba saja mata Chika menangkap sosok lelaki yang tak lain adalah Bosnya sedang berjalan keluar dengan Jeno dan juga seorang lelaki yang tak begitu Ia kenal. Mata Ayana juga mengikuti arah pandang Chika dan menatap lelaki yang mengaku sebagai pasangannya sang Bos.
Ayana pun berbisik “Lo tahu nggak kalau cowok yang sebelah Jeno itu, tadi ngakunya pasangannya Pak Dika.”
Chika menggeleng cepat dan langsung tersenyum menatap tiga lelaki yang tengah berada di samping mereka.
“Mau makan siang?” tanya Dika tersenyum.
“Iya Pak.” Jawab Chika.