Mata Ibu Mala berkaca kaca kala melihat foto yang dipajang pada ruang keluarganya, senyum merekah dari sang pemilik terus saja membuat Ibu Mala tak mampu menahan tangis. Dengan berderai aimata Ibu Mala mengusap foto tersebut.
“Kamu apa kabar sayang? Mama kangen sekali sama kamu, kamu nggak kangen ya sama Mama.” Ibu Mala meraih foto dan memeluknya erat seperti memeluk sang pemilik senyuman.
Pak Prabu yang menatap sang istri dari jauh tidak bisa melakukan apa apa. Fardhan yang baru saja pulang dari kantor melihat pemandangan yang tak asing baginya.
“Papa ngapain disitu?” tanya Fardhan mendekati sang Papa.
“Itu,” tunjuk Pak Prabu ke arah sang Istri yang kini tengah menangis memeluk figura.
“Kenapa Papa nggak bilang sama Mama?”
“Bilang apa Dhan?”
“Kalau Papa juga kangen sama Dika.”
Pak Prabu menghela napas panjang “Gimana tadi di Rumah Sakit?” Pak Prabu tak menghiraukan ucapan Fardhan.
“Alhamdulillah semuanya baik Pa, aku ke kamar dulu ya Pa.”
Pak Prabu pun mengangguk, lalu pergi meninggalkan sang Istri yang masih menangis.
“Papa nggak kangen ya sama Dika?”
Pak Prabu tersentak dari lamunannya “Kalau Mama kangen ya udah samperin aja.”
“Segitu bencinya kah Papa sama Dika?” tanya Ibu Mala dengan nada tinggi.
“Hanya karena Dika nggak mau tunangan sama Elvina Papa musuhin anak sendiri? Dika itu bukan orang lain Pa, bukan gelandangan yang kita pungut di jalan. Dika itu darah daging Papa.” Teriak histeris Ibu Mala di ruang kerja Pak Prabu.
Fardhan yang sedari tadi berdiri di balik pintu pun segera berlari masuk dan memeluk sang Mama dengan erat. “Besok kita jenguk Ka Dika ya Ma.”
Ibu Mala mendongak “Kamu tahu dimana Dika?”
Fardhan mengangguk “Iya aku tahu di mana Ka Dika berada.”
“Dimana sayang, Dika dimana?”
“Di Bali Ma, sekarang Ka Dika sudah punya perusahan sendiri,”
Ibu Mala melepaskan pelukan Fardhan, “Besok kamu nggak kerja ya?”
“Kebetulan besok aku ke Bali Ma, jadi sekalian aja aku bawa Mama untuk jenguk Ka Dika.”
Ibu Mala kembali menangis “Makasih ya sayang, makasih banyak.”
Pak Prabu hanya bisa terdiam melihat sang Istri yang begitu merindukan sang anak, jauh di lubuh hatinya, Pak Prabu juga sangan merindukan Dika. Kepergian Dika juga membuat Pak Prabu merasa kehilangan, tapi tak bisa di tunjukkan.