Setelah pertemuan mengharukan antara Ibu Mala dan Dika beberapa hari yang lalu membuat hubungan keluarga yang sudah bertahun tahun lamanya merenggang akhirnya bisa kembali rukun. Belum bisa di katakan kembali membaik lantaran Pak Prabu belum bertatap muka dengan Dika dan belum saling memaafkan.
Terkadang ego membuat semuanya menjadi rumit, termasuk dengan Pak Prabu serta Dika. Adakalanya rindu menyapa tapi ego lebih menguasai hingga rindu itu selalu dinomor duakan.
“Dika, sesekali berkunjunglah ke rumah.” Ujar Ibu Mala ketika berpisah dengan Dika.
“Insya Allah ya Ma , kalau Dika udah nggak sibuk lagi.”
“Mama tunggu loh dirumah.”
“Papa salam buat Ka Dika.” Ucap Fardhan berbisik ditelinga Dika yang membuatnya membelalakkan kedua matanya.
Fardha tersenyum “Ditunggu dirumah pokoknya.”
Dika mengangguk, Jeno dan Dika pun mengantar kepergian Ibu Mala serta Fardhan dengan perasaan campur aduk, antara senang maupun sedih.
“Bos, mengenai peluncuran mobile app ini akan di laksanakan lusa.” Ucap Jeno ketika keduanya tengah berada dalam mobil.
“Oke, kamu sudah dapat modelnya?”
“Masih dalam tahap pencarian Bos, sekitar dua hari lagi saya kabari.”
“Kenapa sampai dua hari untuk penyeleksian model?” tanya Dika heran.
“Karena model yang di butuhkan sekitar dua atau tiga salah satunya adalah pria. Jadi agak susah untuk pemilihan model pria.” Ucap Jeno tersenyum kecut.
“Baiklah, kalau begitu saya tunggu dua hari lagi kabar kepastiannya.”
“Siap Bos.”
Mobil pun melaju menuju kantor Free Style. Selama perjalanan Dika dan Jeno terlibat obrolan ringan mengenai kerjaan ataupun hal lainnya. Sesampainya di kantor Dika disambut dnegan beberapa paket yang berjejer di atas meja kerjanya.
Mata Jeno membulat sempurna melihat jejeran kotak yang tersusun rapi diatas meja.
“Gila ya lo Dik, ini apa?” seru Jeno mengelus dada.
“Ini adalah permata gue.” Ucap Dika dengan lembut.
Jeno hanya bisa menggelengkan kepalanya “Dik, kira kira nanti pasangan lo bisa nerima kebiasaan lo yang kayak gini nggak ya?”
“Semua wanita didunia ini pasti mempimpikan hal seperti yang gue lakuin ini, punya pasangan yang bisa ngertiin wanitanya dengan baik.” Wajah Dika berbinar menatap ke arah Jeno.
“Kalau menurut gue ya, Cuma lo laki laki yang berpikir seperti ini.’’ Tukas Jeno kesal.
Mata Jeno sontak berbinar kala menatap Ipad miliknya “Sudah ada beberapa email yang masuk untuk posisi model wanita dan untuk laki laki gue pilih Alfi Angkasa. Menurut Bos gimana?” Jeno meminta pendapat seraya menyerahkan profil sang model.
Dika mengamati Alfi dengan seksama kemudian mengernyitkan keningnya “Tadi katanya nunggu dua atau tiga hari lagi.”
“Maaf, karena tadi email yang gue kirimin belum ada balasan dari beberapa agensi.” Jeno menyeringai jahil.
Dengan mantap Dika pun mengangguk “Oke, gue juga setuju dan lo langsung aja hubungi mereka dan siapkan kontrak kerja.”
Jeno mengacungkan jempolnya tersenyum puas lantaran Alfi merupakan model papan atas yang sangat sulit di ajak kerja sama. Beberapa partner kerja Jeno pun sempat mengeluh lantaran Alfi sering sekali menolak di ajak kerja sama.
Tiba tiba terdengar suar pintu di ketuk dari luar, “Ya, masuk.” Jawab Jeno dari dalam ruangan.
Pintu terbuka dan Chika yang muncul dengan senyuman termanisnya yang belum pernah Jeno lihat, seketika Jeno terpana dan terpaku dengan kedatangan Chika.
“Maaf Pak, ini ada beberapa dokumen yang harus Bapak tanda tangani dan juga mengenai peluncuran Mobile App.” Chika menyerahkan beberapa map dan meletakkannya di atas meja kerja Dika.