Tiga bulan kemudian...
Perut hana terlihat membesar ia berada di dalam kamar hotel sepanjang hari, alex menguncinya dari dalam. Beberapa hari sibuk dengan urusan bisnisnya di amerika bersama rekan kerja.
Hana duduk di halaman luar hotel, terlihat pantai dari jarak jauh. Beberapa orang berjemur, bermain selancar dan berkumpul bersama keluarga. Mengelus perutnya yang kian membesar, sambil membayangkan keindahan pantai.
"Seandainya aku bisa menikmati alam bebas, tak terpenjara seperti ini. Aku tahu kamu sangat mengkhawatirkanku." Hana berdiri dari kursi lalu berjalan ke dalam hotel yang luas nan mewah.
Alex tak memberikan ponsel padanya, saluran telepon hotelpun di putus. Membuat hana stress dan bosan. Kemudian ia memasak beberapa menu makanan italia, pizza kesukaan alex.
Terlihat matahari mulai tenggelam, tepat jam 7 malam hana menyelesaikan hidangannya. Beserta jus leci juga beberapa makanan lainnya.
Hana menunggu alex pulang hingga jam 10 malam, lalu ia tertidur di kursi. Alex membuka pintu lalu menarik dasi, sambil berjalan menghampirinya.
"Maafkan aku hana, terlambat pulang." Mengecupnya, beberapa detik ia mengigau menyebut nama. "Samudra" Lalu meneteskan air mata.
Tamparan keras di pipinya hingga ia terbangun, "Siapa samudra?? Pria brengsek itu." Teriak alex sambil menarik paksa merobek dasternya. Hingga terlihat bagian sensitif tubuhnya.
"Aku bermimpi" sahut hana perlahan.
"Hentikan omong kosongmu" Alex duduk di meja sambil meneguk minuman yang ia ambil di dalam kulkas. "Maafkan aku" Hana berjalan membuka lemari lalu mengganti pakaiannya.
Menahan air mata yang tak terbendung, ia membawa tisu sambil bercermin di kamar mandi, membasuh air matanya.
"Sam, datanglah kumohon. Tolong aku" Tangisannya kian bercucuran, ia seperti seorang tahanan yang tak bisa berbuat apa-apa.
Suara ketukan pintu sangat keras membuatnya ketakutan, ia segera mengeringkan matanya lalu memberikan sedikit olesan make up agar terlihat segar.
"Alex masuklah" Membuka kunci kamar mandi, ia di tarik lalu menyuruhnya duduk di meja makan. "Kamu membuat makanan ini?" Ujar alex sambil menatap wajahnya lalu duduk.
"Tentu saja aku yang membuatnya, kamu mengunci kamar bagaimana aku bisa keluar." Sambil tersenyum tipis.
"Terima kasih hana, maafkan aku. Jangan mengingatnya lagi. Berulang-ulang memperingatimu, lalu? Masih saja tak mengerti." Sambil mencicipi pizza dan minuman leci.