Keesokan harinya hana ikut bersama utara menemui ibunya yang berada di pulau dekat kota lerven. Ia membangun rumah cukup besar bersama kakaknya perempuannya yang bernama lolita namun setelah ia menikah. Ibunya tinggal seorang diri di temani beberapa kuda berwarna keemasan.
Membuka pintu lalu ibunya menyambut dengan senyuman yang ramah membuat hana bahagia.
"Ibu perkenalkan dia isteriku" ujar utara lalu membawa hana duduk bersama.
"Maafkan ibu tak menghadiri pernikahanmu" utara hanya tersenyum. Lalu mendekati hana mengelus rambutnya. "Cantik sekali menantuku. Dari mana asalmu" ujarnya dengan lemah lembut.
"Aku tak tahu" menggelengkan kepala tersenyum malu. Utara panik kemudian membawa ibunya masuk ke dalam kamar
"Ibu jangan bertanya tentang keluarganya ia hilang ingatan setelah mengalami trauma yang berat kehilangan kedua orang tuanya.
"Maafkan ibu dan turut bersedih hati atas kejadian yang menimpanya. Apa yang ingin kamu makan hari ini" sambil berjalan ke luar.
"Aku ingin makan jagung polenta" memeluknya sambil mengelitik. "Hentikan utara ibu sudah tua" ia berjalan keluar lalu masuk ke dapur.
Hana mendekati satu bingkai foto yang berada di sebelah tempat duduknya. Perempuan cantik berambut hitam pekat bersama pria bertubuh tinggi besar. "Itu ibuku saat muda bersama raja laut venus" hana menaruh kembali bingkai itu.
"Apakah dia ayahmu" utara mengangguk. "Lalu kemana dia" berdiri mendekati foto yang terpampang di dinding. "Aku tak tahu. Mungkin mati" hana mengkerutkan ke dua alisnya.
"Siapa anak kecil ini" pria bermata cokelat dan hijau bergandengan tangan berusia 7 tahun. "Itu adikku satu ayah yang sama namun berbeda ibu. Ibuku bercerita tentangnya. Tetapi adikku takkan pernah mengetahui semuanya" hana mendekati utara lalu mengelus dadanya. "Maaf aku banyak bertanya padamu"
"Tak apa hana. Satu lagi aku mempunyai kakak bernama lolita yang sudah lama tinggal di istana bersama ayahku. Dia menikah dengan manusia setengah gurita. Tinggal bersama di salah satu pulau" hana semakin tergugah mendengarkan ceritanya.
Beberapa saat kemudian mereka berjalan ke salah satu ruangan. Duduk di meja makan yang luas beberapa buah-buahan dan daging olahan tertata rapi juga polenta makanan kesukaannya.
Mereka menikmati makanan dengan raut wajah yang bahagia. Sambil menyuapi hana yang berada di sampingnya. "Kamu suka" ia mengangguk tersenyum. Ibunya yang bernama keane memeluk mereka berdua dari belakang. "Kalian sangat serasi" utara menoleh pada hana hatinya berbunga-bunga.
Kemudian meninggalkan mereka berdua utara menyentuh wajahnya hatinya bergejolak. Namun bukan rencananya merebut hatinya hanya untuk membalaskan dendam pada samudra.
Utara berusaha menahan perasaannya yang mengalir deras.
Beberapa minggu kemudian mereka berada di pantai pertemuan antara samudra dengannya malam itu. Utara membawanya ke dalam gubuk yang berada di sisi pantai.
"Kita akan bersenang-senang hingga larut malam" menarik hana duduk bersamanya. Sambil menyalakan api unggun di samping gubuk.
Pikiran hana tak terkontrol membuatnya menderita. Ia teringat samudra hingga sulit melupakannya. Wajahnya yang bercahaya bagaikan bulan menatapnya saat itu.
"Samudra" sambil menatap bulan dan bintang berdiri di dekat api unggun. Utara mengajaknya berlari di sisi pantai membuat gaunnya basah. Mereka berenang berubah wujud menjadi seekor duyung kemudian bergandengan tangan menyelam lautan.
Utara mulai merasakan timbul rasa cinta pada hana. Ia memeluknya sambil mengayuh ekornya. Ia terbawa suasana kemudian mengejar hana yang bersembunyi di balik batu di dasar laut. Utara mengecup pipinya namun ia berenang sangat cepat.
Hana menghilang di balik bebatuan lalu datang cahaya kebiruan menyerangnya hingga terpental. Seorang ikan duyung berwarna hitam mencari sesuatu di dasar laut bersama kelompoknya. Utara bersembunyi merasakan ada kenanehan sosok duyung berwarna hitam berada di dalam lautan ini yang tak pernah ia temukan seumur hidupnya.