Keesokan harinya aku, berangkat kepasar, pulangnya sekalian mampir ke klinik untuk mengambil hasil tes darah kemarin, kuparkirkan motor segera masuk ke dalam klinik. Bertanya kepada salah satu petugas di sana, kemudian dia masuk ke dalam dan memberikan sebuah Amplop putih.
Aku menerimanya dan segera membuka untuk mengeluarkan isinya, karena penasaran dengan hasilnya, di kertas tersebut tertera kesimpulan bahwa suamiku mengidap sakit Diabetes, aku berpikir sejenak dan berinisiatif untuk mendatangi dokter di klinik tersebut untuk menanyakan beberapa hal tentang penyakit suamiku itu, dokter pun mau menjelaskan beberapa hal, katanya, penyakit ini sangat langka dan jarang orang yang menderitanya, biasanya penyakit ini menimpa orang yang sudah tua, kalau untuk orang yang masih muda biasanya dia mempunyai penyakit penyerta seperti diabetes ini yang mengganggu hormon reproduksi seorang pria.
Bisa jadi suami terlalu setres sehingga bisa menjadikan timbulnya penyakit ini, penyakit ini jarang sekali orang yang bisa sembuh total tetapi kalau turut anjuran dokter, mengurangi makanan yang manis dan olahraga, minimal bisa menormalkan penyakit diabetesnya.
Tetapi kalau untuk impotennya mungkin harus lebih sabar menanganinya, setelah puas dengan penjelasan dari dokter di klinik, aku pun berpamitan untuk pulang, melangkah menuju ke tempat parkir untuk menghidupkan motor, segera pulang ke rumah.
Sesampainya dirumah aku letakkan amplop putih tersebut di atas meja, supaya nanti kalau suamiku pulang dia bisa melihat dan membaca hasilnya, aku pun pergi setelah meletakkan amplop tersebut, karena ada janji dengan teman ku yang mau mengambil kosmetik.
Memang senenjak suamiku tidak bisa memberiku nafkah batin, kami sudah jarang sekali bicara. Walaupun bicara hanya lewat pesan Wa dan tidur pun sudah tidak satu kamar lagi, aku di kamar dan suamiku di ruang televisi, bertemu pun jarang, aku sengaja menjaga jarak.
Entah mengapa enggan bertatap muka dengan suamiku, ada perasaan jijik kalau teringat itu, tetapi suamiku tidak pernah bersikap kasar atas apa yang aku ucapkan, walaupun kadang kalau lagi kesal dan teringat itu, aku sering mengeluarkan kata-kata yang tak pantas.
"Ingin rasanya ganti suami saja."
"Kalau ada yang mau, biar aku tukar tambah saja."
Itu ucapanku kalau aku bercanda dengan tetangga atau temanku, tetapi temanku selalu mengingatkanku, untuk terus bersabar.
pernah suatu hari aku buka aplikasi biru, kudapati Chat lewat messenger dari seorang pria, dia mengajak kenalan, otomatis aku balas, hanya ingin menghilangkan kejenuhan saja bukan maksud ingin bermain Api.
[Hai boleh kenalan?] tanyanya, pasang emot senyum.
[Boleh] aku memasang emot senyum juga, untuk membalasnya.