Suara Dari Tribun

Setiawan Saputra
Chapter #2

Dua

Suasana stadion sudah terlihat lumayan ramai, banyak para suporter yang sudah mulai berdatangan di area stadion, dan tempat parkir pun sudah lumayan padat, mulai dari kendaraan roda dua, hingga ruda empat.

Padahal itu masih jam dua, sedangkan pertandingan dimulai jam setengah empat. Mungkin ini adalah laga perdana Jaya FC, setelah lima musim tak berkompetisi, membuat antusias para suporter mulai dari kalangan pria, wanita, anak – anak, hingga dewasa sudah turut berdatangan di Stadion Sidjaya.

Hallo, Boys!”

Rio terkejut bukan main, saat ia sedang sibuk mengaitkan helm di motornya. Rio langsung menatap seorang pria tak dikenal, yang tiba – tiba berada di belakangnya. Rio menekuk dahinya menatap pria itu. “Mas yang kemarin di kafe?”

Ya, orang yang ada di hadapan Rio saat ini, adalah seorang pria bertopi yang kemarin sempat bertemu di kafe, penampilannya pun persis seperti kemarin, memakai jaket hoodie dan topi berwarna hitam yang hampir menutup matanya.

Setelah menemui Rio, pria itu langsung berjalan meninggalkan Rio. Namun selang beberapa langkah, pria itu menghentikan langkahnya, dan kembali menatap Rio yang masih terdiam di sana.

“Hee! Kenapa diem? Takut diculik?” tanya pria itu, sambil tersenyum picik. “Nyulik orang seperti kamu itu tiada harganya.. Yoooh, jangan takut!” sungguh perkataan yang tak pantas bagi Rio. Sementara Rio hanya menghela napas berat, dan kemudian Rio mulai melangkahkan kakinya mengikuti pria itu berjalan.

***

Hingga akhirnya, Rio telah sampai di sebuah kafe yang tak jauh dari stadion, dan di dalamnya terdapat sekelompok berpakaian serba hitam, yang sedang berkumpul di dalam sana sambil meminum minuman bersoda. Kelompok itulah yang bernama Black Yellow Boys, biasanya disebut BYB. Kelompok suporter fanatik, penghuni tribun selatan belakang gawang.

“Mas Adi..” Sapa orang – orang yang ada di dalam kafe tersebut, mereka adalah anggota dari BYB. Dan di situlah, Rio baru mengenal siapa sebenarnya orang itu. Ternyata dia bernama Adi, seorang yang paling dihormati di kelompok BYB. Selain itu, dialah sang pemilik kafe itu, dan telah menjadi salah satu sponsor klub Jaya FC. Ya, Kafe Balck Yellow namanya.

“Siapa itu, Mas?” tanya salah satu anggota BYB.

“Anggota baru, anak mahasiswa.”

Seorang pria langsung mendekati Rio, ia menatap wajah Rio dengan tatapan menyelidik.

“Tenang, dia bukan penyusup.”

Pria itu hanya mengangguk, kemudian langsung mengulurkan tangannya ke hadapan Rio. “Kenalkan, aku Verga.”

“Aku Rio.” Rio langsung menerima tangan pria itu, untuk bersalaman.

“Silakan duduk, gabung sama anak – anak BYB. Jangan takut, memang Verga kayak gitu orangnya, kalau bertemu orang baru seperti kamu.”

“Iya, Mas.” Rio hanya menuruti saja apa yang diperintahkan Adi, kemudian Rio langsung mengambil posisi duduk, bersama kelompok berpakaian hitam itu.

Namun, Rio masih dibuat curiga oleh seseorang yang melirik tajam ke arahnya. Diamatinya dia seperti bukan orang lokal, warna kulitnya putih sangatlah berbeda, rambutnya pirang, dan iris matanya berwana biru. Mungkin orang negara asing, yang bergabung di kelompok ini.

Rio tidak mempedulikan pria itu. Suasana baru menggantikan, saat Rio melihat tiga orang gadis yang baru saja tiba di kafe. Scraft yang mengikat pinggangnya, dan mengenakan jaket hitam bercorak kuning, di dadanya terdapat ada logo 'Black Yellow Girls' kelompok suporter perempuan yang sekelompok dengan Black Yellow Boys.

Rio pun langsung tertarik dengan salah satu dari gadis itu, dialah yang berkulit kuning langsat, rambut pendek sekiranya sampai ke leher. Dipandangi wajahnya sangat dahayu, bibirnya tersenyum manis meruntuhkan iman. Sungguh unik dan menawan dara itu, biasanya bidadari dari langit turun ke sungai untuk mandi, seperti halnya cerita – cerita dongeng masa itu. Tapi ini berbeda, sosok bidadari dari nabastala turun ke stadion.

 “Hallo Boys! Orang baru?”

Suara yang keluar dari bibirnya, menghancurkan lamunan Rio. Sontak, Rio langsung berdiri dan langsung mengulurkan tangannya di hadapan gadis itu. “Namaku Rio.”

 “Gesya,” jawabnya, menerima tangan Rio untuk bersalaman, dengan kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman manis, sangat manis. “Salam kenal ya.”

Sekali lagi Rio menatap wajahnya, hampir – hampir tubuh Rio merasa kaku tak bisa digerakan. Kutukan macam ini? Rio sedikit melirik ke anak – anak BYB, yang sedang asyik membicarakan tim kebanggaan sembari meneguk minuman bersoda. Sedangkan seorang pria asing itu, lirikannya semakin menajam, semakin menyeramkan. Lirikannya membidik seperti elang, yang sedang membidik mangsanya.

***

Lihat selengkapnya