Rio menghentikan motornya di kafe milik Adi, yang sudah menjadi tempat berkumpulnya para anggota kelompok BYB. Seperti yang sudah dijanjikan, Rio akan datang ke kafe milik Adi yang berada di dekat stadion itu, setelah ia pulang dari kampus. Rio melihat Adi sedang berkumpul bersama anak - anak BYB di dalam kafe itu, Rio pun segera menghampirinya.
Tampak kini suasana berbeda, tak seperti biasanya yang selalu bertukar cerita dan bergurau ria. Rio tidak paham apa yang sebenarnya terjadi. “Kenapa ini, Mas?” tanya Rio tak mau nunggu lama – lama lagi.
Sementara Adi dan teman – temannya masih terdiam, tidak langsung menjawab pertanyaan Rio. Adi menghela napas sebentar, kemudian menyerahkan ponselnya ke Rio.
Rio diam matanya menatap ponsel itu, ia masih tak mengerti maksud yang dilakukan Adi. “Apa ini?”
“Baca dulu.”
Rio langsung meraih ponsel itu dan membukanya, terdapat ada sebuah kabar berita tentang Jaya FC, Rio pun membacanya. Setelah membaca berita itu, Rio baru mengerti apa masalah sebenarnya yang membuat risau teman – temannya itu.
“Jadi, klub Jaya FC masih punya utang 500 juta?” tanya Rio setelah membaca berita itu.
Adi menghembuskan napas beratnya. “Ya, klub Jaya FC masih menanggung denda 500 juta, dari sanksi sepak bola gajah.”
“Kalau memang belum siap semua, kenapa ikut kompetisi?” Rio menatap Adi dengan wajah polosnya.
“Kita semua yang minta klub ini kembali berkompetisi.”
“Tapi, Mas, terus bagaimana hasil penjualan tiket kemarin, padahal kemarin itu laga perdana stadion langsung penuh dan tiket pun habis.”
Adi menghela napas untuk yang beberapa kalinya, mencoba bersabar menanggapi pertanyaan demi pertanyaan dari Rio. “Kalau masalah itu, aku nggak tau. Atau gini aja, bagaimana kalau kita yang bergerak, membuat donasi untuk klub Jaya FC?”
“Aku setuju,” sahut Verga dan Yuda dengan serempak, sementara Rio hanya bisa melongo menatap Adi dan teman – temannya.
“Kita buat donasi di setiap laga kandang, khusus suporter tribun selatan, kita bayar tiket dua puluh persen dari harga normal,” tambah Yuda.
“Kalau aku punya sedikit modal.” ucap Rio di sela – sela pembicaraan mereka, membuat mereka langsung menatap Rio. “Bagaimana kalau kita menjual merchandise Jaya FC, dan nanti keuntungannya kita serahkan ke klub Jaya FC,” lanjut Rio mengeluarkan ide cemerlangnya.
“Ide bagus tuh,” sahut Verga tersenyum lebar, ia tampak sangat setuju dengan ide yang disampaikan Rio barusan. Namun, hanya Verga, Yuda, dan Adi yang merespons idenya Rio. Sedangkan dia, seorang pria kebangsaan asing hanya sekadar diam, bahkan ia melengos membuang tatapannya dari Rio.
“Oke kalau gitu, Boys. Ayo segera digerakan!”
***