Suara Dari Tribun

Setiawan Saputra
Chapter #7

Tujuh

“Bang, temenin Desi, yuk.” Desi merengek kepada Rio, yang masih asyik merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, memanjakan badannya yang sangat kelelahan, karena setibanya di rumah Rio langsung masuk ke dalam kamar.

“Mau ke mana, sih? Baru aja sampai rumah.”

Desi berjalan masuk ke kamar Rio dan duduk di tepi tempat tidur. “Mau ke perpustakaan.”

Rio langsung bangun dan mengambil posisi duduk. “Lagi? Kan kemarin udah, entar sampai ke perpustakaan, nggak jadi pinjem buku lagi.”

“Ya, abis nggak ada buku yang Desi cari.”

Rio mendengkus berat, menghadapai sikap adiknya itu. Padahal kemarin Rio sudah mengantarkan Desi ke perpustakaan, tetapai sampai di perpustakaan Desi tak jadi meminjam buku, malah ia cuma lihat – lihat saja.

“Bang.. Ayook, temenin Desi, ya?” Desi merengek lagi.

Rio menghela napas pelan. “Iyaa, deh iya.”

Desi tersenyum senang, setelah rengekannya berhasil meluluhkan Rio untuk diajak pergi ke perpustakaan. “Yee, terima kasih Abangku yang cakep,” heboh Desi sambil mencubit kedua pipi Rio.

“Arrggh, Desii, sakiit!” pekik Rio sambil memegang pipinya.

“Hehehe, ya udah, Desi tunggu di luar,” tanpa menunggu jawaban dari Rio, Desi langsung melengos keluar dari kamarnya, dengan senyuman yang terus mengembang di kedua sudut bibirnya. Sementara Rio yang menatap kepergian Desi, hanya berdecak sambil menggelengkan kepala.

***

Rio dan Desi telah sampai di tempat parkir perpustakaan yang berada di tengah kota, setelah memarkirkan motornya, mereka pun langsung turun dan bergegas masuk ke dalam perpustakaan itu.

Bagi Desi, memasuki perpustakaan dan mengunjungi buku – buku yang ada di sana, adalah hal yang paling menyenangkan. Seolah – olah Desi menemukan dunia barunya, saat memasuki perpustakaan itu.

Desi bergegas menuju ke sebuah rak buku, ia terlihat sangat sibuk mencari buku – buku yang ia cari. Sementara Rio memilih duduk di sebuah kursi yang tersedia di perpustakaan, sembari menunggu Desi yang tengah sibuk di duniannya.

Suatu ketika, pandangan Rio tertuju ke sesosok gadis yang duduk tak jauh dari posisinya, Rio sepertinya mengenali gadis itu, ia pun beranjak dari posisinya dan menghampiri gadis itu.

“Gesya,” panggil Rio.

Ia langsung menaruh pensil di atas kanvasnya, kemudian menatap Rio. “Rio, kok ada di sini?”

Rio langsung mengambil posisi duduk di depan Gesya, “Lagi nganterin adik cari buku.”

“Ohh.” Gesya hanya meresponsnya dengan anggukan kepala, sementara Rio memandangi Gesya yang sedang memainkan pensilnya di atas kanvas. Tampak tangannya sangat lincah menggambar di kanvas itu.

“Di perpustakaan bukannya membaca buku, tapi kamu malah menggambar,” sindir Rio.

Lihat selengkapnya