Suara Dari Tribun

Setiawan Saputra
Chapter #9

Sembilan

Sekarang sudah menjadi kewajiban Rio, untuk menjemput Gesya sebelum berangkat ke stadion, dan mereka berdua pun selalu bersama – sama saat menghadiri pertandingan Jaya FC berlaga.

Rio dan Gesya telah sampai di kafe seperti biasanya, terdapat di sana sudah banyak sekali anak – anak BYB, yang sudah memadati kafe tersebut. Rio dan Gesya segera turun dari motor, dan bergegas menghampiri perkumpulan anak – anak BYB.

“Hoo.. hooii, Rio dan Gesya,” sambut Verga ketika melihat sepasang Boys and Ladies itu tiba di kafe.

“Makin lama makin lengket, kayak stiker di toilet,” ketus Yuda tak kalah heboh.

“Ya nggak usah disamain sama toilet dong,” dengkus Rio.

“Awas, ada yang cemburu,” kata Yuda, seraya melirik ke seorang pria asing yang bernama Aldo itu. Rio pun juga sempat meliriknya, namun lagi – lagi Aldo membuang mukanya dari Rio. Tampaknya seperti ada masalah dengan anak itu.

Rio beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan menuju kamar mandi. Setibanya di kamar mandi, muncul sesesorang yang memang sengaja mengikuti Rio. “Makin lama makin lengket, kayak stiker toilet,” Aldo berdiri di hadapan Rio, tatapannya tajam menusuk kedua mata Rio.

“Emamg kenapa?” Rio masih berusaha tenang di hadapannya.

Suara tawa pelan terdengar dari mulut Aldo. “Hebat, kamu bisa mendekati cewek sebrengsek Gesya.”

Mendengar ucapannya, membuat Rio harus menahan emosinya. Rio hanya diam, namun ia tak takut untuk membalas tatapannya. “Kamu ada masalah apa? Apakah kamu mantannya?” Rio masih dengan suara yang begitu tenang.

Aldo membuang mukanya sejenak, ia tidak menatap mata Rio lagi. “Bukan, aku dulu pernah dekat sama Gesya. And you know, Boys? Dia telah menolak ungkapan perasaanku.” Aldo kembali menatap Rio dengan tatapan tajam. “Tapi, aku masih tidak terima melihat dia, selalu bersama dengan orang baru seperti kamu.”

Tanpa basa – basi, Aldo mendorong tubuh Rio dengan tangan yang mencekik leher Rio, hingga tubuh Rio mepet ke dinding kamar mandi. Jelas perlakuan pria asing itu, membuat Rio tidak bisa berbicara apa – apa, Rio hanya meringis kesakitan dan tidak bisa bernapas.

Seharusnya, Rio juga ingin meluapkan emosinya di depan pria yang tak beradab itu, selain harga diri Gesya sudah direndahkan, dan sekarang ia memberikan ancaman kepada Rio. Tetapi Rio masih saja tidak berbuat apa – apa, tangan Aldo mencengkeram kuat di lehernya.

Lihat selengkapnya