Desi mengrenyit, lalu menguap sambil merenggangkan leher dan bahunya yang terasa pegal. Desi mencari posisi nyaman untuk kepalanya, tanpa sadar gadis itu telah bersandar di bahu Rio dan kembali tidur.
Semalam Rio, Desi, dan Tomi begadang sambil nonton film, hingga akhirnya mereka tertidur di ruang tengah. Pagi itu Tomi bangun terlebih dahulu, membiarkan Rio dan Desi tertidur di ruang tengah depan televisi, dengan posisi badan tersandar di kaki sofa.
Rio menggerakan tubuhnya dengan wajah mengrenyit, perlahan Rio membuka sebelah mata sambil menggerakan kepalanya ke samping, kemudian ia tidur lagi sambil memeluk Desi. Tanpa disadari, sebuah kain tebal berwarna putih telah menyelimuti tubuh Rio dan Desi, sementara Desi pun masih tertidur pulas sambil bersandar di bahu Rio.
Desi yang merasaka pergerakan Rio, juga ikut terbangun sambil merenggangkan otot – otot tangannya, kemudian tak sengaja tangan Desi memegang sebuah kain tebal yang menutupi tubuhnya dan Rio.
“Apa ini?” Desi menoleh ke samping menatap Rio yang masih tertidur sambil memeluknya. “TIDAAAKK!!!” Desi berteriak, meraih bantal dan memukuli Rio menggunakan bantal itu.
Rio terkejut dan bingung dengan apa yang dilakukan Desi, ia tampak pilon, nyawanya masih belum sepenuhnya kembali. Sementara Desi masih heboh, berteriak – teriak tak jelas. “Baanng, kenapa Desi tidur di sini? Terus Abang ngapain di sini? Peluk – peluk Desi, pake selimut lagi.”
Rio menatap wajah Desi yang masih heboh sendiri. “Kan, kemarin kita emang tidur di sini, sama Papah,” jawabannya dengan suara setengah sadar.
Desi langsung diam, ia baru ingat kejadian kemarin malam. “Oh iya, terus Papah mana?”
Rio hanya merespons pertanyaan Desi dengan mengangkat kedua bahunya, kemudian sebuah aroma pun tiba – tiba tercium dan berhasil menyentuh indera penciuman Desi dan Rio.
Aroma telur ayam dan beberapa bahan rempah – rempah lainnya, mencium aroma seperti itu, seketika Rio dan Desi pun langsung membangunkan tubuhnya, dan berjalan menuju dapur.
***
“Papah, masak apa?”
Tomi menoleh, suara Desi berhasil membuatnya terkejut. “Heey, kalian udah bangun. Maaf ya, Papah tadi nggak bangunin kalian, habis kalian tidurnya nyenyak banget, Papah jadinya nggak tega bangunin kalian.”