Beberapa minggu kemudian, Federasi memberikan pengumuman pembagian Grup dan Jadwal Babak 16 Besar Divisi Utama. Di Babak 16 Besar, terdapat ada empat grup yang masing – masing grup terdiri dari empat tim.
Jelas kompetisi di babak ini lebih singkat, daripada di Babak Penyisihan Grup kemarin, yang setiap grupnya terdiri dari delapan tim. Sedangkan Jaya FC menempati Grup C Babak 16 Besar, dan harus menghadapi tiga lawannya sebanyak dua kali putaran.
“Pembukaan Babak 16 Besar, kita harus melakoni laga tandang,” kata Yuda saat mereka sedang berkumpul.
Memang laga pembuka Babak 16 Besar, Jaya FC harus melakoni laga tandang. Ini adalah suatu hal yang paling sulit untuk memperoleh tiga poin di laga pembuka, apa lagi harus bertandang di kandang lawan.
Akan tetapi, itu tidak membuat runtuhnya semangat para punggawa Jaya FC, karena The Yellows pasti hadir di laga tandang, termasuk BYB yang selalu setia menemani Jaya FC berlaga di mana saja.
“Tandang ke mana kita?” tanya Aldo.
“Ke Kota Devata.”
“Waah, laga tandang paling jauh nih, harus butuh bekal yang banyak,” seru Verga.
“Gimana, Boys, tetap berangkat?” tanya Adi.
“Berangkat!’ Serentak Verga, Aldo, dan Yuda menjawab, kecuali Rio yang masih terlihat bimbang.
“Emmm, lihat – lihat nanti deh.”
“Kenapa kamu selalu tidak ikut away? Takut?” tanya Aldo dengan nadanya yang mencibir.
“Rio, kenapa?” tanya Verga pada Rio.
“Adikku sendiri di rumah.” Jawab Rio.
“Bilang aja takut, kamu kan nyali – nyali suporter layar kaca, mana berani away ke luar pulau?”
“Diam!” tajam Verga mengarah ke Aldo, seketika Aldo pun langsung terdiam. Kemudian Verga kembali menatap Rio. “Sekalilah kamu ikut away, coba bicara baik – baik pada adikmu, dan carilah cara supaya adik kamu ada yang nemenin.”
Sementara Rio masih diam, ia masih terlihat bimbang untuk ikut berangkat atau tidak. Memang Rio tak pernah ikut hadir saat Jaya FC bertandang, karena alasan Rio kuliah, ditambah Desi yang tak mau ditinggal sendirian.
“Gampang, deh.”
“Tenang, masih satu minggu lagi kok.”
***
Sore itu sepulang dari kampus, Rio ingin segera pulang dan segera meminta izin kepada adiknya, karena mengingat laga tandang Jaya FC tinggal beberapa hari lagi, dan Rio pun harus ikut mengawal tim kebanggaannya.
Kali ini Rio akan berusaha merayu Desi, untuk mendapatkan izin supaya Rio bisa berangkat away Kota Devata. Sebelumnya, Rio selalu tidak hadir saat klub kebanggaannya melakoni laga tandang.
Desi selalu saja tidak memberikan izin, setiap Rio ingin berangkat away, karena Desi takut di rumah sendirian, selain itu Desi juga trauma pada kejadian yang pernah menimpa Dion. Desi tidak ingin kejadian itu terjadi lagi menimpa Rio. Tapi, Rio masih berusaha untuk tetap mengikuti away. Entah bagaimanapun caranya, Rio harus tetap berangkat.
Setelah memarkirkan motornya, Rio bergegas masuk ke dalam rumah. Tampak di depan rumah, Rio menemukan sebuah mobil yang terparkir di halaman rumahnya, ia tidak tahu mobil siapa itu.
Saat hendak masuk ke dalam rumah, di depan pintu Rio bertemu Desi dan seorang cowok yang sangat tampan, tapi ia tidak mengenal siapa cowok itu, bahkan sekalipun Rio tak pernah bertemu dengan cowok itu.
“Kalian mau ke mana?” tanya Rio berjalan mendekat ke posisi ke dua anak itu.
“Emm, mau keluar sebentar, Bang, boleh, ya?” kata Desi.
Rio memperhatikan Desi dari atas sampai bawah, pakaian yang Desi kenakan sore ini sangatlah berbeda, memakai dress selutut berwarna merah. Kemudian Rio beralih menatap wajah seorang cowok itu, dengan tatapan menyelidik. Karena, cowok ganteng itu sangat asing baginya.
“Kak, aku mau membawa Desi ke acara ulang tahun temenku,” ucap cowok itu, dengan bahasa yang halus dan penuh hormat kepada Rio.
“Kamu siapa?” tanya Rio dengan nada yang dingin.
“Nama saya Boy,” jawabnya seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Rio.
“Boy?”
Cowok itu tersenyum. “Iya, Kak, saya temannya Desi sekampus.”