Suara Dari Tribun

Setiawan Saputra
Chapter #16

Enam Belas

Rio keluar dari kamarnya dengan dandanan atribut AC Milan, malam ini Rio berniat nonton bareng pertandingan AC Milan melawan Juventus di kafe bersama Gesya. Setelah menyelesaikan tugas – tugas kampusnya, Rio ingin sekali menghabiskan malam akhir pekannya untuk menonton pertandingan besar dan seru itu.

“Desi,” panggil Rio. Ia menemukan sang adik perempuannya tengah asyik tiduran di sofa, sambil mengotak atik ponselnya. Rio semakin tidak paham dengan sifat adik perempuannya itu, malam – malam tiduran di sofa, bermain ponsel sambil senyum – senyum tak jelas.

“Desii..,” panggil Rio sekali lagi, karena tidak ada jawaban dari adiknya.

“Bentar.., bentar, Bang, Desi mau nulis puisi dulu,” sahut Desi masih fokus ke layar ponselnya. Rio semakin kurang paham dengan adiknya, sejak kapan Desi tiba – tiba menjadi seorang puitis? Ah, itu tidak penting bagi Rio.

“Aku keluar dulu, mau ada acara nonton bareng, nanti kalau kamu mauu….” Desi tiba – tiba terbahak, membuat Rio semakin bingung sendiri dengan tingkah laku yang tak biasa dari adiknya. Entah kenapa dia? Kerasukan apa gimana?

“Heeh!” Rio memukul paha Desi dengan keras, membuat tubuh Desi seketika tersentak.

“Kenapa sih, Bang?” sunggut Desi merasa sangat kesal, karena diganggu oleh abangnya.

“Tadi denger nggak, aku ngomong apa?”

Desi diam sebentar. “Denger, kok.”

“Apa?”

“Abang mau keluar, ada acara nonton bareng kan?” jawab Desi.

“Terus?” tanya Rio lagi.

“Nggak tau, tadi Abang ngomongnya belum selesai,” jawab Desi logis.

Rio mendengkus berat, kesabarannya mulai berkurang karena adik perempuannya itu. “Kalau mau tidur, jangan lupa kunci pintu, awas kalau lupa, aku sumpahin kamu jadi…”

Dengan cepat Desi langsung membangunkan tubuhnya dari sofa. “Iyaa.., iyaa, Banng, Desi paham kok.”

Rio hanya tersenyum kecil, kemudian Rio mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Desi. “Salim dulu.”

Desi menghela berat, dengan malas ia meraih tangan Rio, menyalami tangannya dan mencium punggung tangannya. Sementara Rio hanya senyum – senyum sendiri, melihat apa yang dilakukan Desi. “Nahh, adik pintar.” Rio mengacak rambut Desi. “Ya udah, aku pamit dulu.”

“Hati – hati, Bang.., jangan pulang malam – malam.”

“Ini udah malam.”

“Oh, ya udah, Abang pulang pagi aja.”

***

Gesya keluar dari rumah, dengan memakai atribut sama dengan yang dipakai Rio, yaitu atribut AC Milan. Gesya melihat Rio yang sedang duduk di kursi teras rumahnya, sambil mengotak – atik ponselnya, Gesya pun langsung menghampiri Rio.

Rio mengangkat kepalanya, melihat Gesya yang sudah berada di hadapannya, Rio seketika terkagum melihat penampilan Gesya malam ini, terlihat lebih cantik dari yang sebelumnya. “Gesya, kamu cantik banget,” kata Rio dibuatnya terkagum – kagum.

“Biasa aja, sih,” jawab Gesya santai, Gesya menatap dirinya sendiri, hanya mengenakan jersey AC Milan dan celana jeans, tidak ada yang wah menurutnya.

Namun tidak dengan Rio, ia sangat kagum dengan penampilan Gesya yang memakai jersey sepak bola, ya walaupun Rio sering melihat penampilan Gesya yang hanya mengenakan kaus. Tapi baginya, malam ini Gesya terlihat sangat berbeda, dan lebih cantik.

“Jadi, kita masih di sini aja? Atau langsung berangkat?” tanya Gesya menyadarkan lamunan Rio.

“Eeh, yuk berangkat. Keburu kick off.”

***

Mereka berdua akhirnya telah sampai di sebuah kafe, Rio langsung mengajak Gesya menuju ke lantai dua, tempat di mana acara nobar pertandingan AC Milan melawan Juventus berlangsung.

Tampak suasana kafe sudah sangat ramai, kedua kelompok Fans AC Milan dan Fans Juventus telah berkumpul menjadi satu di kafe itu. Tanpa sadar, Rio menggandeng tangan Gesya menuju ke teman – temannya yang sudah berkumpul di sana.

Whuuiissh.., tumben bawa cewek, pacarnya, ya?” seru Dwi yang sudah sampai duluan di lokasi nobar.

Lihat selengkapnya