Situasi kembali kondusif, setelah diamankan oleh Aparat yang menjaga pertandingan. Babak ke dua pun dilanjutkan, tak peduli dengan cacian suporter tuan rumah, The Yellows masih tetap meneriakan chants-nya, malah – malah teriakan mereka semakin lantang.
Selama jalannya babak ke dua, provokasi demi provokasi timbul dari tribun The Ankers, tepatnya berada di tribun utara yang bersebelahan dengan tribun suporter tim tamu. Suara latang The Yellows masih tetap terdengar untuk tim kebanggaanya, walaupun sedikit terganggu oleh cemoohan dan lemparan botol yang terkadang melayang ke arah tribunnya.
Di menit terakhir, Jaya FC berhasil mencetak gol kemenangan 3-1 atas tim tuan rumah, melalui tandukan melesat dari Ramdani Aras. Jelas Anker United tidak bisa memblas kedudukan, karena laga hanya menyisakan tiga menit lagi dan skor sudah tertinggal jauh.
The Yellows kini tidak merayakan kemenangannya di tribun, malah mereka mendapat lemparan botol dari tribun utara. Beberapa orang The Ankers melompat ke lapangan, kemudian mereka berlari menuju tribun The Yellows untuk menyerang.
Situasi semakin tak terkendali, beberapa spanduk The Yellows dirampas paksa oleh anak - anak The Ankers. Dari arah tribun utara, melemparkan smoke bomb dan flare mengarah ke tribun tamu. Imbasnya, The Yellows tidak bisa tenang di kondisi tersebut, mereka akhirnya terpaksa membalas serangan dari suporter tuan rumah.
Botol, smoke bomb, dan flare saling terlempar antara tribun utara dan tribun barat. Kerusuhan antara The Ankers dan The Yellows akhirnya terpecah. Imbas dari kerusuhan tersebut, tiga orang The Yellows termasuk suporter perempuan salah satunya, ditandu oleh tim medis karena terkena petasan.
Kondisi semakin mencekam, Rio langsung menarik Desi untuk segera keluar dari stadion. Tetapi Gesya masih tetap menahannya, ia memilih tetap bertahan di tribun. “Lebih baik kita keluar, Gesya. Ayoo..,” ajak Rio dengan nada ketakutan.
“Kamu mau cari mati, Rio?” tolak Gesya masih tetap ingin berada di tribun itu.
Rio sangat takut dengan kerusuhan itu, mengingat janji pada adiknya, tak akan ikut berurusan dengan kerusuhan suporter. Beberapa benda melayang hampir mengenai Rio, membuatnya semakin ketakutan. Hingga akhirnya, Rio langsung meninggalkan Gesya, dan keluar dari stadion seorang diri. Gesya dan Yuda mengejar Rio, setelah mengetahuinya ia keluar dari stadion sendirian.
***
Rio terus berlari, melewati lorong – lorong stadion. Ia ingin kembali ke tempat parkir bus rombongan The Yellows, suapaya ia dapat menghindari kerusuhan tersebut. Entah kebodohan macam apa yang dimiliki Rio, cara yang ia laukan bukan menghindari kerusuhan di dalam stadion, tapi malah mendekati mala petaka.
Dan benar, Rio pun dihadang oleh gerombolan anak - anak The Ankers yang sudah berjaga – jaga di luar stadion. “Ada seekor gajah yang keluar dari barisannya, tersesat atau memang bodoh?” cibiran dari salah satu orang dari gerombolan yang menghadang Rio.
Memang selama ini mereka menyebut klub Jaya FC dengan sebutan ‘Gajah’ karena menyakut kasus lima tahun yang lalu. Rio hanya terdiam, ia semakin panik karena posisinya terhadang oleh mereka. Sungguh bodohnya Rio yang nekat keluar stadion sendirian, jelas ia tak bisa melawan orang sebanyak itu.
“Kalau laki, jangan main keroyokan, Boys!” Yuda saat ini telah berada di belakang Rio bersama Gesya.
“Segerombolan singa tidak peduli berapa lawannya.” Ia tersenyum licik, kemudian menuding ke seroang gadis yang bernama Gesya. “Apa lagi seorang perempuan, akan menjadi sasaran empuk bagi segerombolan singa.”
“Laki – laki pengecut macam apa kalian, yang berani melawan perempuan?” Gesya menyahut cibiran mereka.
Mereka pun langsung terdiam untuk beberapa saat, tatapanya mengitimidasi ketiga orang dari kelompok BYB. Kemudian salah satu dari mereka, melirik ke kanan dan ke kiri, memberikan intruksi kepada teman – temannya untuk menghabisi ketiga orang itu.