Suara Dari Tribun

Setiawan Saputra
Chapter #24

Dua Puluh Empat

Seiring jalannya waktu, melewati laga demi laga Babak 16 Besar. Tak mengira Jaya FC telah menempati posisi ke dua di Grup C Babak 16 Besar, setelah memenangi laga sebelumnya dengan skor telak 3-0. Kemenangan Jaya FC sudah dinyatakan lolos ke Babak Perempat Final, karena telah berhasil mengunci posisi ke dua dengan memperoleh poin yang lebih tinggi.

Di pertandingan terakhir Babak 16 Besar, kini giliran Devata FC bertamu di kandang Jaya FC. Jelas Jaya FC harus mempersiapkan sebelum pertandingan dimulai, karena Devata FC adalah tim yang paling kuat di Grup C Babak 16 Besar. Tak pernah terkalahkan, hanya satu kali seri saat menjamu Jaya FC di putaran pertama.

Beberapa hari sebelum harinya pertandingan tiba, kelompok BYB mengadakan forum antar anggota, di sebuah kafe yang biasa mereka berkumpul di dekat Stadion Sidjaya. Tampak – tampaknya, mereka ingin membuat suatu penghormatan untuk tim Jaya FC, yang telah berhasil lolos ke Babak Perempat Final.

Rio dan Gesya baru sampai di kafe, mereka berdua langsung masuk ke dalam kafe itu, karena melihat teman – temannya sudah pada berkumpul di dalam. Sebelum memulai forum bersama, tampak mereka sedang mengobrolkan sesuatu yang tak penting, yang keluar dari pembahasannya, disertai dengan suara canda tawa, dan bercerita tentang hal lain. Sungguh sangat seru kelompok itu, membuat orang – orang yang baru gabung langsung merasa terhibur dengan cadaan tawa mereka.

Namun, Rio merasa sesuatu yang berbeda di forum itu. Tampak ada beberapa orang yang ia kenal, tidak hadir di acara forum itu. “Aldo mana?” Rio mulai melontarkan pertanyaannya, memang Aldo akhir – akhir ini tak pernah kelihatan di kelompok BYB. Setelah pertengkaran antara Verga dan Aldo di kafe beberapa waktu yang lalu, hingga sampai sekarang Aldo jarang sekali berkumpul dengan kelompok BYB.

“Tadi ada, Rio. Aldo ada di rumah Mas Adi.” Verga mulai bercerita soal Aldo. “Terus, ketika aku ajak ke sini. Aldo langsung keluar, entah ke mana.”

Rio hanya mengangguk, ia sudah paham betul, bahwa Aldo memang sudah tidak beres lagi orangnya. “Terus Yuda?” tanya Rio lagi kepada Verga, karena memang Rio tidak melihat Yuda di kafe.

“Yuda ikut Aldo, karena memang aku yang nyuruh, untuk mengikuti Aldo secara diam – diam.”

Rio kembali menganggukan kepalanya, ia akhirnya bisa memahami, apa misi yang akan dilakukan oleh kedua temannya itu. Mereka akan terus mengawasi Aldo, bak seperti elang yang sedang mengawasi mangsanya.

Akhirnya, kelompok BYB pun memulai acara forumnya. Berdiskusi, membahas rencana apa yang akan mereka lakukan di laga selanjutnya. Singkatnya, BYB ingin memberikan hadiah penghormatan terhadap tim Jaya FC yang berhasil lolos ke Babak Perempat Final, supaya para punggawa bisa bermain lebih baik lagi.

Jangan takut gaji pemain turun, karena masih ada banyak kelompok The Yellows yang bersedia untuk memberikan itu semua. Akan tetapi, kelompok BYB tidak mau diperas oleh klub, mereka akan memberikan semuanya yang berharga, untuk tim kebanggaan. Asalkan, harus sering menang, dan berhasil menyapai target - targetnya.

***

Yuda menghentikan motornya, yang jaraknya lumayan jauh dari posisi Aldo berhenti. Tampak Aldo sedang menghentikan motornya, ia sempat turun membuka gerbang dan kemudian masuk ke dalam gerbang itu bersama motornya.

Setelah Aldo dipastikan masuk, Yuda pun segera mendekatinya, kemudian ia kembali berhenti dengan jarak yang sudah ia kira, supaya tidak ketahuan. Tampak Aldo sedang memasuki rumah besar dan mewah, entah rumah siapa itu? Yuda masih belum mengetahuinya. Karena, selama ia mengenal Aldo, Yuda tidak pernah ke sini bersamanya, apa lagi masuk ke dalam rumah itu.

Tak lama, ada seorang pria dengan mengendarai motor, datang menghampiri Yuda. Tampaknya pria itu adalah temannya Yuda, yang sengaja ia panggil untuk membantunya. Pria itu turun dari motornya, kemudian menghampiri Yuda.

“Gimana, Yud. Apa yang harus aku lakukan?” tanya pria itu.

Yuda mengeluarkan dua benda dari saku jaketnya, benda itu adalah flashdick dan sebuah alat yang berukuran kecil berwarna hitam. Alat itu adalah perekam suara, yang dikhususkan untuk merekam suara percakapan seseorang secara diam – diam.

“Kamu masuk di rumah itu, kamu pura – pura minta tolong untuk memasukan flashdisck ini di komputer yang ada di rumah itu. Dan alat ini.” Yuda menunjuk alat kecil itu. “Kamu tempelkan di mejanya, kalau bisa di tempat yang paling tersembunyi.”

Pria itu hanya mengangguk, sambil menerima dua benda yang diberikan dari Yuda.

“Paham?” tanya Yuda memastikan.

“Paham, Yud.”

Tanpa menunggu lama – lama, pria itu langsung bergegas masuk ke dalam rumah itu, dan akan melakukan aksinya sesuai yang Yuda perintahkan. Sementara Yuda hanya menunggu di luar, ia sangat berharap kepada temannya itu, untuk bisa melancarkan recananya.

Lihat selengkapnya