Sore itu, Stadion Sidjaya kembali dipadati oleh puluhan ribu suporter The Yellows, mulai dari Kota Timur, Barat, Utara dan Selatan semua berbondong-bondong memenuhi stadion, karena ini adalah laga terakhir di Babak 16 Besar.
Tak hanya itu, suporter tamu Devata Boys mendapat sambutan hangat dari suporter The Yellows. Kedua kelompok itu tampak sangat akrab, saling berjabat tangan, saling menanyakan kabar, dan saling bercanda gurau. Sangat indah bila dipandang, antar kedua warna kebanggaan telah berbaur menjadi satu.
“Selamat datang saudaraku,” Verga menyambut kedatangan salah satu kelompok dari Devata Boys, di kafe milik Adi yang berada di dekat stadion.
“Terimakasih, saudaraku,” sahutnya dengan canda guaraunya.
“Enjoy di Bumi Sidjaya, mari kita rayakan pertemuan kita, cheers,” kedua kelompok itu mengangkat gelasnya yang berisi minuman bersoda, sambil bersulang untuk persaudaraan dan kemudian mereka langsung meminumnya secara bersama – sama.
Verga melihat Yuda, Rio, dan Gesya yang baru saja tiba di kafe itu, ia langsung menghampiri mereka. Tampaknya ada sesuatu yang ia tanyakan kepada Yuda, tentang misinya kemarin. “Gimana, Yud?”
“Aman, aku sudah dapat semua datanya,” jawab Yuda.
“Ada yang mencurigakan?”
“Beberapa ada. Tapi tenang, aku sudah memasang programnya, dan secara otomatis aku mendapat data yang terbaru dari komputer itu.”
Verga menganggukan kepalanya, sudut bibirnya pun tersenyum picik. “Bagus, segitu mudahnya ia dibodohi, heran aku.”
Yuda tertawa ngakak, suaranya terdengar sangat menyeramkan. “Orang bodoh, yang terlalu mudah dibodohi.”
“Rio, Gesya. Ikut aku, ada yang mau aku bicarakan.” Verga mengajak Rio dan Gesya masuk ke dalam kafe itu, mencari tempat yang jauh dari posisi anak – anak BYB dan Kelompok Devata Boys berkumpul.
Verga, Rio, dan Gesya telah sampai disebuah ruangan yang ada di dalam kafe itu. Karena ini masalah privasi, makanya ia menjauh dari mereka untuk membicarakan soal itu. Verga mempersilakan Rio, untuk menceritakan tentang hubungan Gesya dan Aldo.
Gesya terlihat sangat sumarah, dan bersedia jika privasinya terbuka. Karena, ini demi harga dirinya, kelompok BYB, dan nama tim kebanggaannya. Memang setelah kejadian itu, Gesya tidak pernah bercerita kepada Verga, Adi, maupun semua teman – teman kelompok BYB. Karena Gesya takut, akan menjadi kegaduhan di kelompok BYB nanti.
Setelah Rio menceritakan semua tentang pengakuan Gesya beberapa hari yang lalu, Verga telah memahami sifat dari seorang Aldo yang sebenarnya. Ternyata memang, Aldo adalah seorang bajingan yang menyamar.
“Aku ada rencana,” Verga mulai angkat bicara. “Tapi tidak sekarang, nanti kita tunggu dia beraksi, kita lihat aja seperti apa permainannya. Jadi kita harus tetap tenang, kalau sudah waktunya, baru kita sikat orang itu.”
***
Kelompok BYB dan rombongan suporter tamu Devata Boys telah memasuki stadion, kini warna mereka terpisah saat berada di stadion. Seperti biasanya, kelompok BYB menempati tribun selatan, yang mayoritas beratribut hitam. Sedangkan Bara Timur menempati tribun timur, yang mayoritas mereka beratribut kuning, sesuai dengan warna kebanggaannya. Sedangkan tribun utara dan tribun barat, ditempati oleh suporter tamu Devata Boys yang berwarna merah.
Kini sudah tidak lagi waktunya bersenda gurau, seperti yang ada di kafe tadi. Kini saatnya kembali fokus mendukung tim kebanggaan, tampak kelompok BYB dan kelompok Devata Boys saling beradu suara, mereka saling meneriakan chants dukungannya masing – masing.