“Saya sudah bilang, saya tidak mau ikut tawaran Bapak,” lagi – lagi Taufan datang ke ruangan Jhony, dan tetap menayakan tawarannya yang dulu. Padahal sudah berapa kali Jhony menolaknya.
“Ah, begini aja, Mas. Mungkin uang kemarin masih belum begitu berharga. Tapi, saya masih ada sesuatu lagi untuk Mas Jhony.” Taufan mengambil sebuah kotak persegi berwarna hitam, kemudian ia menaruhkannya itu di atas meja Jhony. “Saya yakin, Mas Jhony pasti tertarik dengan tawaran ini.”
Jhony menatap kotak itu, kini ia sudah mulai memahami apa maksud dari Taufan. Kedatangannya kemarin, Taufan hendak memberikan koper yang berisi tumpukan uang berwarna merah. Sudah jelas ia bermaksud menyuap Jhony, suapaya Jhony mau ikut kerjasama dengannya.
Tak perlu lama lagi, Taufan langsung membuka kotak itu. Dan ya benar saja, ternyata isi dalam kotak itu lebih mengejutkan, dibandingkan isi komper kemarin. Kali ini Taufan memberikan kotak yang berisi kepingan emas batangan.
“Jadi gimana, Mas?” tanya Taufan sambil tersenyum kecil.
Jhony hanya berdecak sambil menggelengkan kepalanya, kesabaran Jhony telah habis, dan Jhony berhak untuk mengusirnya. Jhony menutup kotak yang berisi kepingan emas itu. “Ambil kotak ini, dan saya mohon Bapak pergi dari sini,” kata Jhony, seraya menyodorkan kotak itu kembali ke Taufan.
“Loh, Mass. Kurang apa lagi?” tanya Taufan dengan raut kecewa.
“Saya tidak mau ikut tawaran Bapak.”
“Mas, saya datang ke sini hanya untuk membantu klub Jaya FC.”
“Saya tak perlu bantuan Bapak, lebih baik Bapak keluar dari sini.”
“Oke.., okee.. Tenang dulu, Mas. Gini tolong dengarkan dulu..”
“Cukup!” potong Jhony membuat ucapan Taufan terhenti. “Lebih baik, Bapak keluar dari sini.”
Taufan tertawa kecil, sambil menggelengkan kepalanya. “Mas Jhony, kamu itu tak seperti bapakmu.”
“Memang,” Jhony menyahut ucapan Taufan dengan cepat. “Saya tak seperti bapak, saya punya prinsip sendiri untuk memegang klub Jaya FC.”
“Tapi, Mas Jhony. Klub Jaya FC waktu dipegang bapak kamu dulu, pernah Juara Liga Utama sebanyak tiga kali, dan dua kali jadi Runner Up Liga Champions. Itu semua gara – gara bapak kamu ikut beginian, Mas.” Lambat – lambat Taufan tertawa, memandang Jhony yang hanya sekadar diam di kursinya. “Ya, kalau Mas Jhony tidak mau ikut itu, jangan harap klub Jaya FC bisa naik kass..”
“Cukup, Pak,” pembicaraan Taufan langsung terhentikan, karena Jhony telah memotongnya. “Bapak keluar dari sini,” suruh Jhony dengan nada yang sedikit meninggi.
“Oke, Mas Jhony. Saya keluar,” sudut bibir Taufan tersenyum picik, lambat – lambat suara tawanya terdengar pelan, sangat licik. “Tapi, mohon maaf, Mas. Saya cuma mau kasih tahu, kalau saya punya rekan orang federasi.”
“Saya nggak nanya, Pak,” sahut Jhony dengan entengnya.
“Ya, cuma kasih tahu aja, Mas. Kalau Mas macam – macam sama saya, klub Jaya FC bisa saya hancurkan.”