Rio sementara masih terbaring tak sadarkan diri, dengan perban yang ada di kepala dan di tangan kirinya, karena luka yang disebabkan dari pecahan kaca dan benturan batu. Luka yang dialami Rio ini cukup serius, membuat Rio gagal mengikuti pertandingan Jaya FC di laga pembuka Babak Perempat Final.
Verga menghela napas berat, ia sangat menyesali kejadian yang menimpanya kemarin malam. Saat ini Verga, Yuda, Gesya, dan Siska sedang berada di rumah sakit. Mereka pun juga menghentikan perjalanannya, menuju ke Kota Metropolitan menyaksikan Jaya FC berlaga, karena harus menemani Rio, yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit.
Rio sedikit menggerakan tubuhnya, dengan wajah yang mengernyit menahan rasa sakit. Teman – teman Rio yang melihatnya pun langsung menghampirinya. “Syukurlah, Rio. Kamu sudah sadar,” ucap Gesya, diselingi dengan hembusan napas legah, Gesya langsung mengambil kursi di dekat kasur Rio.
Rio masih terdiam, menatap teman – temannya bingung. Tangan kanan Rio mencoba memegang kepalanya, namun tiba – tiba Gesya menahannya dan menaruh tangan Rio di sampingnya. Rio semakin bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya. “Luka kamu terlalu parah, Rio.”
“Kita nggak jadi berangkat, gara – gara kejadian kemarin malam,” kini giliran Verga yang berbicara. “Bus kita hancur, karena diserang oleh Kelompok Bajingan, Rio,” nada Verga masih terdengar dendam. Sementara Rio masih terdiam, mendengarkan pembicaraan Verga.
“Kenapa itu terus terjadi? Padahal tekad kita dari awal, hanya untuk mengawal Jaya FC kebanggaan kita. Kenapa masih ada yang mengganggu jalan kita?” Verga merasa sangat menyesal, ia tak kuasa untuk terus menahan kesabarannya, menghadapi cobaan yang terus menimpa dirinya dan teman – temannya.
“Suatu saat pasti mereka akan berhenti, kita balas mereka dengan cara kita sendiri,” Gesya menyahut pembicaraan Verga.
Verga menghela napas pelan, mencoba untuk meredakan emosinya. “Akan tiba saatnya, membalas dendam kita. Jaya FC adalah harga diri, Gesya.”
Jelas mereka sangat terpukul dengan kejadian yang menimpanya kemarin, entah kenapa masih ada orang – orang yang selalu menganggu langkahnya. Padahal mereka tidak bermaksud untuk mencari gara – gara, tujuan mereka hanya mendukung tim kebanggaannya.
Hasil akhir Jaya FC kalah 2-0 di laga pembuka Babak Perempat Final, permainan sangat buruk yang mereka tampilkan di lapangan. Sungguh hal itu membuat The Yellows kecewa, Rio, Gesya, dan teman – temannya yang menggagalkan keberangkatannya, merasa semakin terpukul, melihat kekalahan Jaya FC.
***
Satu hari Rio dirawat, kemudian ia dipindahkan ke rumah sakit yang ada di kotanya, untuk melanjutkan perawatannya. Gesya masih tetap menemani Rio di rumah sakit, ia rela tidak mengikuti mata kuliahnya, bahkan ia sudah berbicara kepada bibiknya yang ada di rumah, Gesya tidak akan pulang selama Rio masih belum pulih dari lukanya.
Desi yang baru saja mendapat kabar dari abangnya, ketika ia sedang berada di kampus. Gesya meneleponnya, untung saja saat itu Desi membawa ponselnya, dan dapat menerima panggilan dari Gesya.
Desi langsung meninggalkan kampusnya, setelah mendapat kabar dari Gesya. Desi meminta izin ke dosennya, untuk tidak mengikuti kelas hari ini, untung saja Bapak Dosen memberikan izin, dan Desi pun segera berangkat ke rumah sakit.
“Mau ke mana, Desi?” tanya Boy, saat Desi sedang buru – buru keluar dari kelasnya. Desi tidak menggubrisnya, ia tetap melanjutkan langkahnya dengan cepat. Boy penasaran, ia pun langsung mengejar langkah Desi.
“Desi, mau ke mana?” tanya Boy lagi, yang berusaha menyamakan langkah Desi.
Desi akhirnya menghentikan langkahnya sejenak. “Abangku lagi di rumah sakit, Desi harus segera ke sana.”
“Aku akan antar kamu ke rumah sakit.”
“Iya, buruan.”