Selama Rio dirawat di rumah, orang yang selalu datang ke rumah Rio adalah Gesya. Gadis itu selalu saja datang ke rumah Rio, dengan membawakan makanan, hal itu membuat hubungan Gesya dan keluarga Rio semakin dekat.
Malam itu Rio akan ikut kembali mengawal Jaya FC di laga akhir Babak Perempat Final, setelah melewati perawatan luka cederanya beberapa hari yang lalu. Tomi telah memberikan izin pada Rio untuk mengawal Jaya FC, dan Gesya sudah diberi kepercayaan oleh Tomi, untuk menjaga Rio selama berada di luar kota.
Rio dan Gesya kali ini berangkat bersama Adi, Verga, dan Yuda menggunakan mobil pribadi milik Adi. Karena, menghindari ancaman serangan dari kelompok suporter lain, anak – anak The Yellows memilih berangkat menggunakan transportasi umum.
Ada yang menggunakan pesawat, kereta api, bus antarkota, hingga mobil pribadi. Mereka sudah sepakat, selama berada di perjalanan, mereka tidak akan menunjukkan atributnya, dan keberangkatan mereka sangatlah berhati – hati.
***
Keesokan paginya, akhirnya mereka telah sampai di stadion tujuan dengan selamat. Sembari menunggu rombongan The Yellows lainnya tiba, Rio dan Gesya menikmati hidangan khas yang telah disajikan di area stadion, salah satunya adalah Mie Ayam.
“Gesya,” panggil Rio di tengah – tengah kegiatan makannya.
“Ya, Rio?”
“Kalau musim ini Jaya FC naik kasta, apa yang kamu lakukan?”
Gesya diam sebentar, sambil mengunyah makanannya, memikirkan jawaban dari pertanyaan Rio. “Nggak tau, Rio. Belum kepikiran,” jawab Gesya kemudian kembali melanjutkan makannya.
“Kamu nggak pengen tau, apa yang aku lakukan ketika Jaya FC naik kasta?”
“Beli jersey original AC Milan?”
Rio menggeleng sebagai jawabannya.
“Pergi ke Milan, nonton AC Milan di San Siro?”
Rio menggeleng cepat. “Nggak ada hubungannya sama Jaya FC, Gesya.”
“Terus apa?” tanya Gesya mulai menyerah.
“Jika musim ini Jaya FC naik kasta.” Rio menggantungkan ucapannya sebentar, pandangnya menyorot menatap mata Gesya dengan sangat dalam. “Aku akan nikahin kamu, Gesya.”
Seketika Gesya tersedak makanannya, ia pun terbatuk. Buru – buru Rio langsung memberikan Gesya minum. Sungguh ucapan Rio tadi membuat Gesya syok seketika, beraninya Rio mengucapkan kata seperti itu.
“Jaga omongnmu, Rio. Omonganmu itu adalah nazar.”
“Terus kenapa, Gesya?”