“Denda 450 Juta, dan larangan suporter The Yellows hadir di stadion sebanyak 10 kali pertandingan.”
Adi meletakan ponselnya di atas meja dengan sangat lemas. Lima hari setelah kejadian kerusuhan suporter The Yellows di pertandingan terakhir Babak Perempat Final, membuat klub Jaya FC mendapat hukuman yang sangat berat. Mereka sudah tidak bisa berbuat apa – apa lagi, selain pasrah menanggung hukumannya. Sudah berapa banyak uang yang mereka keluarkan, hanya untuk menanggung denda.
“Kita bisa mengadu kecurangan pertandingan ini ke Federasi, Mas,” kata Rio lambat – lambat membuka suara.
“Semestinya bisa, tapi kita sudah telanjur turun ke lapangan,” jawab Adi.
“Rasanya klub Jaya FC memang selalu dipersulit untuk naik kasta, buktinya ada – ada aja masalah yang menimpa klub kita,” sahut Yuda dengan nadanya penuh penyesalan.
“Kejayaan yang telah hilang, memang tak mudah direbut kembali,” jawab Adi dengan tenangnya. “Kita harus sabar menunggu, mungkin musim ini belum waktunya,” kemudian Adi pun beranjak dari tempat duduknya, dan pergi mengambil minuman di bar kafe.
Sementara suasana hening antara Verga, Yuda, Rio, dan beberapa anggota BYB yang sedang berada di kafe itu. Kini mereka telah ikhlas dengan kegagalan Jaya FC, tetapi mereka masih menyesali dengan kecurangan – kecurangan yang terjadi di pertandingan itu.
“Kalau ditotal, denda yang ditanggung Jaya FC musim ini, sudah mencapai lebih dari 500 Juta.” Verga berdecak sambil menggelengkan kepalanya. “Perut orang Federasi pasti sudah sangat kenyang dengan uang segitu,” kata Verga sambil tertawa lirih.
“Federasi aneh, kenapa harus Jaya FC?” Rio menyahut pembicaraan Verga. “Apakah Federasi tidak melihat kecurangan di pertandingan itu?”
Lambat – lambat Verga tertawa, setelah mendengar pertanyaan dari Rio. “Jangan kaget, Rio. Itulah Federasi sepak bola kita, mereka selalu menuntut suporter yang suka rusuh. Tapi mereka tidak sadar, bahwa di dalamnya lebih busuk dari suporter yang suka rusuh.”
“Tapi kenapa harus Jaya FC, Ver? Yang sudah gagal, dicurangi, tertimpa sanksi lagi.”
Sudut bibir Verga terangkat kecil. “Itu namanya, sudah jatuh tertimpa tangga, terus ditambah batu bata, hancur, Rio,” katanya dengan suara tawa yang terdengar lirih.
Verga menatap Yuda, sepertinya ia teringat tentang rencananya. “Terus, gimana rencanamu, Yud? Mumpung kita sudah selesai berkompetisi, saatnya kita beraksi.”
“Ada, tenang aja, Ver,” jawab Yuda bernada tenang.
“Apa itu?”
“Nanti kita bahas itu, sama Rio,” Yuda melirik Rio sejenak, kemudian kembali menatap Verga, dan kembali menjelaskan. “Aku ada satu rencana, untuk membongkar semua rahasia itu. Tapi, aku butuh teman – teman BYB untuk bisa membantu melancarkan aksi kita.”
Verga dan Yuda masih tak henti – hentinya mengulik masalah di balik seorang Aldo, yang cukup meresahkan bagi mereka. Yuda telah bertekad membuat cara – cara baru, untuk membongkar semua rahasia, yang tentunya menyangkut rahasia di balik kegagalan Jaya FC.
***
“Selamat telah gagal naik kasta,” ucap Andika menyambut kedatangan Rio, saat berada di ruangannya. Rio hanya diam, tidak menanggapi apa yang dibicarakan dosen itu. Rio pun langsung duduk di kursi depan mejanya.
Andika hanya tersenyum kecil, memandangi Rio yang tak bersemangat itu. Walaupun Rio tak mengeluarkan sepatah katanya, ia sudah tahu apa masalah Rio sebenarnya. “Sudah, biasa aja. Begitulah yang namanya kompetisi sepak bola. Tim promosi sudah ditentukan dari awal, Rio.”
Sementara Rio masih diam tak bersuara, Rio lebih memilih menjadi pendengar, karena ia hari ini sedang malas untuk berbicara. Kelas kosong, dosennya secara dadakan tidak hadir di kelasnya, membuat Rio semakin kesal hari ini.