Suara Dari Tribun

Setiawan Saputra
Chapter #32

Tiga Puluh Tiga

“Aldo, bagaimana pekerjaanmu kemarin? Lancar?”

“Aman, Pak. Kemarin saya sudah pertemuan sama wasit di apartemen, mereka sudah saya bayar.”

“Terus apa lagi?”

“Sebelumnya, saya sudah bertemu dengan beberapa pemain Jaya FC, mereka mau saya ajak main, dan sudah saya bayar lebih dari gajinya.”

“Terus, dengan suporternya?”

“Tenang, Pak. Masalah suporter saya sudah punya rencana, untuk memancing emosi mereka.”

“Bagus… Kerja yang bagus, Aldo. Tapi mereka harus bermain rapi, kalau bisa Jaya FC kalah dengan skor tipis saja, maksimal 2-0 atau 1-0. Yang penting Jaya FC kalah.”

Itu adalah salah satu percakapan, yang sudah Yuda dapatkan sebagai bukti. Memang pemain Jaya FC sudah diatur sebelum Babak Perempat Final digelar, maka dari itu pemain Jaya FC tidak bermain maksimal, tidak seperti yang ada di Fase Grup dan Babak 16 Besar.

Bahkan Ramdani Aras, Niko Maulana, Irwansyah, hingga sang pelatih Baskara Abimana, mereka senagaja mencari masalah dengan wasit, mereka telah sengaja bermain emosional, hingga wasit pun mengeluarkan kartu merah, itu semua sudah diatur dari awal, supaya suporter terpacing emosinya.

Selain itu, soal pesetruan antara suporter Jaya FC dan Anker United, memang sudah diatur oleh Aldo. Ia sengaja menyuruh Suporter Anker untuk menyerang rombongan bus The Yellows, dan mobil hitam yang berhenti di lokasi kerusuhan, itu adalah Aldo, ia sengaja merekam kerusuhan tersebut, kemudian ia laporkan ke Federasi, dengan tuduhan suporter The Yellows berulah di jalan raya.

Dan hari ini, saatnya kelompok BYB beraksi untuk menyergap Aldo. Yuda dan Verga sengaja menyuruh Gesya, untuk mengajak Aldo bertemu di kafe. Sebelum masuk ke dalam kafe dan bertemu dengan Aldo, Yuda telah memasang alat perekam suara kecil, untuk dapat mendengar percakapannya dengan Aldo.

***

Gesya mulai masuk ke dalam kafe, dan langsung bertemu dengan Aldo yang sudah menunggunya. Sementara Yuda, Verga, Rio, dan sepuluh anggota BYB menunggu di mobil. Ada dua mobil yang mereka bawa, dan kini sedang terparkir tak jauh dari lokasi kafe.

“Halo, Gesya.. Apa kabar?” sambut Aldo melihat kedatangan Gesya.

Gesya hanya tersenyum, menerima sambutan sok hangat dari Aldo. Gesya memandangi Aldo, penampilannya sangat berubah, dengan memakai sepatu, celana jeans, dan berkemeja. Terlihat sangat rapi dan penuh gaya.

Aldo langsung menarik kursi, dan mempersilakan Gesya untuk duduk terlebih dahulu. Sok romantis, Gesya pun hanya menurut dan segera duduk di kursi itu. “Mau pesan apa, Gesya?”

“Terserah kamu,” jawab Gesya singkat.

“Oke.” Aldo langsung memilihkan menu minuman untuknya, Gesya menatap menu yang dipesan Aldo. Sungguh harga yang ia pesan sangat mahal – mahal, sementara Gesya hanya diam dan berusaha tenang.

“Ada apa? Kok tiba – tiba ngajak ketemuan, kangen?” tanya Aldo kepada Gesya.

Gesya diam sebentar, mendengar pertanyaanya, membuat Gesya ingin sekali memukulnya. Namun segera ia urungkan keinginan itu, karena memang ini adalah rencana anak – anak BYB. “Nggak papa,” jawab Gesya seadanya.

Lihat selengkapnya