Malam yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba. Sebenarnya tak selama menunggu purnama atau bahkan pergantian musim, hanya saja rasanya waktu yang kutempuh sejak Kenanga menutup siarannya kemarin sampai malam ini terasa begitu panjang. Mungkin karena aku yang tak sabar.
Bisa saja aku ketiduran karena kecapekan oleh aktivitas bekerjaku di lapangan. Kadang-kadang sepulangnya aku dari bekerja yaitu sekitar pukul lima belas aku akan berleha-leha di kamarku, menunda waktu mandi, hanya menikmati seruputan-seruputan di bibir cangkir kopi dan mengisap rokok sambil bertelanjang dada. Aku membuka sosial media di ponselku dan tidak jarang mengobrol atau berkaraoke dengan teman-teman online di aplikasi ruang obrolan.
Terkadang kalau ada info munculnya website baru sebuah game berhadiah aku akan menyibukkan diriku dengan itu. Aku perlu mendaftarkan diri terlebih dahulu dengan membayar sejumlah transferan uang sebagai deposito lalu bila beruntung jumlah uangku bisa jadi bertambah dua atau tiga kali lipat. Aku menghabiskan waktuku sampai senja dengan itu semua baru kemudian mandi, makan malam dan tidur. Mendekati tengah malam aku akan bangun dan kembali bermain aplikasi ruang obrolan virtual. Tak jarang aku juga tak bangun-bangun dan kebablasan tertidur sampai pagi.
Namun, tidak dengan hari ini. Sejak tadi aku fokus memperhatikan layar ponselku, memandangi akun Kenanga dan berharap status online seketika muncul di sana. Sesekali waktu sambil menunggu itu aku memasang taruhan di permainan Greedy yang tersedia di dalam aplikasi. Aku perlu mengisi ulang koin virtual di akunku dan aku gunakan untuk bermain taruhan.
Kalau beruntung aku bisa membuat jumlah koin virtual milikku itu jadi bertambah bahkan lebih dari sepuluh kali lipat jumlahnya. Pemilik koin virtual yang banyak bisa disebut sultan di aplikasi ini. Sultan bisa membagikan lucky bag di banyak room obrolan dan gifts menarik untuk para host obrolan. Mereka menyebutnya spender kalau itu adalah pemberi gift langganan seorang host.
Sejak beberapa malam belakangan kupikir aku menjadi spender tetapnya Kenanga. Aku suka ketika begitu kuberi dia gift yang lucu-lucu lalu dia mengucapkan terima kasih dengan caranya yang imut. Kedengarannya Kenanga itu berusia sekitar dua puluh tahun, tapi entahlah. Kubayangkan juga penampilan Kenanga pasti sangat cantik, tubuhnya mungil atau semampai, kulitnya cerah dan mulus, model rambutnya mungkin seperti pada foto yang dipasang di profilnya itu, berambut panjang dan berponi.
"Mas, pinjam uang dulu dong?" Adikku, Beni, mengganggu keasikanku.
"Buat apa? Memangnya uangmu sudah habis? Ini baru tanggal berapa?" ujarku.
"Aku mau pergi ke kecamatan tapi ga punya pegangan, Mas." Begitulah Beni. Hobinya kalau malam adalah pergi bersama geng motornya. Sudah berapa kali aku direpotkannya ketika mendapat kabar dia terjatuh dari motor. Namun, rasa sayangku kepadanya membuat dirinya begitu kumanjakan dan sampai saat ini hobinya itu masih terus berlanjut.