Kania mulai nyaman denganku. Kini aku punya ruang obrolan baru sebagai tempat aku berkunjung. Beberapa kegiatan di dunia nyataku kulakukan sambil mendengarkan obrolan atau musik-musik yang diputar di ruang virtual itu.
Sering aku beristirahat di bawah tanaman-tanaman sawit sambil parkun di sebuah ruang obrolan. Hal itu kulakukan saat ponselku terjangkau jaringan internet. Di saat aku bekerja di lokasi yang tidak terjangkau jaringan internet, maka aku tidak melakukannya.
Yang kulakukan saat beristirahat dari kegiatanku di kebun sawit adalah menikmati kopi yang kubawa dalam termos kecil, mengisap rokok dan mengobrol sesekali dengan teman-teman pekerja lainnya. Embus semilir angin yang sejuk di bawah kanopi tanaman yang rindang begitu syahdu diiringi musik-musik ngebit yang diputar dari ponsel teman sesama pekerja.
"Masa ya si Hansen nge-lock semalam. Entah sama siapa."
"Lu ga nge-DM dia, Joy?"
"Ih, ngapain gua nge-DM dia? Harusnya dia sadar diri. Kan history akun kita yang kepo sama status di profil bakal munculin notif. Entah doi udah tidur entah belum, yang jelas doi ga nge-DM gua sama sekali."
"Sampe sekarang?"
"Iya. Ya, kalau jam-jam segini sih biasanya doi masih tidur."
Sebuah obrolan di ruang virtual yang aku simak membuat diriku tergelitik sendiri. Aku tidak berkomentar apapun. Teman-teman di ruang obrolan virtual itu tahunya aku sedang parkun. Tadi, terlebih dahulu saat baru masuk aku sudah memberitahu bahwa aku akan parkun sambil bekerja. Jadi, teman-teman online-ku itu tidak menggubris keberadaan akunku di sana.
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Suf? Lagi chatting sama cewek ya?" tanya teman sesama pekerja yang duduk di dekatku.
"Yusuf mana punya cewek, Cok!" sahut yang lain.
"Ini lho, aku lagi main aplikasi untuk siaran," jawabku sambil menunjukkan layar ponselku.
"Apa ini? Aplikasi apa tadi? Siaran? Mana orang yang siarannya?"
"Ini lho, yang bulat-bulat. Yang efek gelembung di foto orang-orang ini adalah mereka yang lagi siaran," jelasku.
"Biasanya kalau siaran itu video gitu lho, Suf. Mana seru suara doang, ga ada videonya. Ga kelihatan semok-semoknya buat apa?" ucap temanku.
"Kamu itu terbiasa nonton pargoy, Jef Jef," ujarku.
"Aplikasi apa?" teman pekerja yang lain ikut-ikut kepo.
"Ini lho, aplikasi obrolan suara," giliran aku menunjukkan ponselku kepada temanku yang satunya lagi.
"Coba, coba, mana lihat!"
Aku pun memberikan ponselku padanya.
"Tadi kamu senyum-senyum sendiri itu kenapa?" tanya temanku yang lain.