Kedekatanku dengan Kania seperti seekor kucing yang membawa pergi kue dadar yang baru saja dimasak, harum dan masih hangat. Aromanya menguar kemana-mana, membuat kawanan kucing lain mendekat.
Aku mulai merasa beberapa teman perempuan mulai dekat denganku. Yang semula tidak akrab menjadi suka mengobrol bahkan terkesan sengaja menemuiku untuk sekadar bisa berada di ruang obrolan yang sama. Walaupun itu hanya parkun saja.
DM-ku selalu berisi pesan-pesan dari teman-teman online-ku. Entah apa yang membuatku bisa disenangi seperti ini. Lalu aku tergiur untuk kembali dekat dengan beberapa teman perempuan. Tidak jauh berbeda kondisinya saat aku berhubungan dekat dengan Kania. Aku melakukannya antara satu teman perempuan dengan teman perempuan lainnya secara sembunyi-sembunyi. Kali ini aku sudah dalam ruang-ruang obrolan yang terkunci atau dilock.
"Usop..." Panggil manja Yuwena. "Aku dengar kemarin kamu nongkrong sama Riyusa ya?"
"Iya, Yun. Kenapa?" jawabku yang hanya lewat typing-an melalui kolom komentar.
Aku dan Yuwena sedang ada dalam ruang obrolan privat bersama dua orang laki-laki lainnya yang sama-sama off mic. Di ruang obrolan ini hanya Yuwena yang berbicara secara on mic. Seperti tidak ingin diketahui oleh pengguna lainnya yang ada di ruangan ini, Yuwena mengirimi aku DM.
"Kamu jangan sering-sering nongkrong sama Riyusa dong!" Pesan ini disertai emoticon berwajah kesal dengan warna yang merah.
"Memangnya kenapa sih, Yun? Kamu cemburu?" balasku di DM.
"Iya. Hehehe..."
Tak berapa lama datang lagi orang yang itu adalah juga laki-laki. Teman-teman Yuwena kebanyakan adalah laki-laki. Mereka diberi password ruangan oleh Yuwena agar bisa masuk.
Tidak banyak aktivitas di dalam room ini. Yuwena dan teman-teman lainnya lebih sering parkun sambil mendengarkan daftar lagu kesukaan yang diputar oleh salah satu di antara mereka. Yuwena hanya akan bicara dengan luwes melalui on mic kalau ruang obrolan privat ini hanya berisi dua orang, aku yakin itu. Sebagaimana yang ia lakukan terhadapku.