Suara Puitis Pacar Online-ku

Bulan Separuh
Chapter #12

Menjaga Hati

"Apa kamu sedang ada kesibukan di dunia ril, Mas?"

Aku yang ragu-ragu menjawab pertanyaan Kenanga soal kenapa aku jarang masuk ke siarannya langsung ditimpali tebakannya sendiri. Ya, aku bisa menggunakan alasan itu. 'Sibuk di dunia ril', boleh juga.

"Ya, maaf Kenanga. Akhir-akhir ini waktu tidurku agak berubah. Ga tahu kenapa setelah jam sembilanan malam aku selalu mengantuk. Di jam segitu aku selalu tertidur dan bangun di tengah malamnya. Ya, bangun sewaktu siaranmu sudah selesai. Entahlah, kegiatanku di tempat kerja sedang padat-padatnya," jelasku.

"Sudah kuduga. Tapi, aku lega, Mas. Setidaknya kondisimu baik-baik aja. Aku sempat khawatir kalau-kalau kamu ga sehat seperti beberapa waktu lalu karena kecelakaan itu," balas Kenanga.

"Ya, syukurnya kondisiku baik-baik saja. Aku sehat wal afiat. Seperti kedengarannya, kan?"

Helaan napas Kenanga terembus menunjukkan kelegaannya. Nadanya begitu ceria. Ini sudah lewat tengah malam, tapi seolah tidak terdengar kelelahan dari dirinya. Ini yang selalu kusuka dari Kenanga, suaranya yang energik. Aku merasakan energi positif yang ia tulari saat aku mendengarkan suaranya itu.

"Ngomong-ngomong gimana kabarmu, Kenanga? Em, gimana dengan karya-karyamu? Apakah sudah ada tulisan-tulisan baru yang terbit?" tanyaku ganti.

Kenanga ini orangnya sangat produktif. Banyak tulisan yang dibuatnya sendiri untuk mengisi kontennya saat siaran puisi. Aku selalu terhanyut dengan tulisan-tulisannya saat itu dibacakan.

"Sekarang aku lagi menjeda. Beberapa waktu ke depan mungkin aku akan membacakan karya-karya lain, bukan karyaku sendiri dan mungkin waktu siarannya sedikit berkurang," jawabnya.

"Loh, kenapa gitu?" aku tiba-tiba khawatir. Nada suara Kenanga menurun, seperti kurang bersemangat. Pasti ia sedang menghadapi sebuah masalah yang membuatnya berhenti berkarya.

"Hihi..."

"Kok malah ketawa? Aku serius Kenanga! Ada apa? Kenapa kamu berhenti berkarya?" tegasku.

"Aku ga pernah berhenti berkarya, Mas. Aku lagi sibuk di bidang lain," jawab Kenanga.

"Dan apakah itu mempengaruhi siaranmu? Maksudku, apakah kesibukanmu di bidang lain itu lama-lama bisa bikin siaranmu... Em..." tebakku ragu.

"Bikin siaranku berhenti? Ya ampun, Mas. Kenapa kamu selalu negative thinking seperti ini? Tadi kamu bilang aku berhenti berkarya, sekarang kamu bilang aku akan berhenti siaran. Enggak lho, Mas. Aku tegaskan sekali lagi, Mas... aku cuma menjeda, bukan berhenti," jawab Kenanga.

"Ya, maaf. Aku hanya takut kehilanganmu," kataku.

Lihat selengkapnya